Palangka Raya (ANTARA) - Selaras dengan kondisi ekonomi yang terus membaik, tren restrukturisasi kredit terdampak COVID-19 terus mengalami penurunan hingga di angka Rp32,48 triliun.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha melalui pernyataan yang diterima di Palangka Raya, Jumat menjelaskan, tren restrukturisasi debitur terdampak COVID-19 di Bank Mandiri kian melandai.
"Hal ini tercermin posisi restrukturisasi kredit COVID-19 Bank Mandiri yang sebesar Rp64 triliun di akhir April 2022," katanya.
Dia mengatakan, restrukturisasi kredit terdampak COVID-19 Bank Mandiri telah mencapai puncaknya di sekitar kuartal II 2021 dan terus menunjukkan tren penurunan secara bertahap sampai dengan April 2022.
"Bila dibandingkan dengan posisi tertinggi pada Juni 2021 posisi restrukturisasi COVID-19 di Bank Mandiri telah menurun sebesar Rp 32,48 triliun," katanya.
Dia menerangkan, penurunan ini berasal dari kemampuan membayar debitur yang telah menunjukkan perbaikan.
Dia menambahkan, tren penurunan restrukturisasi COVID-19 juga tercermin dalam total "Loan At Risk" (LAR) termasuk debitur terdampak COVID-19 Bank Mandiri yang mencapai level 16,4 persen di April 2022.
Posisi tersebut telah menurun dibandingkan periode akhir tahun 2021 yang menyentuh 17,75 persen.
"Untuk menjaga kualitas kredit, Bank Mandiri secara intens melakukan monitoring termasuk melakukan 'stress test' secara berkala serta menerapkan early warning sign untuk memastikan posisi pencadangan berada di level optimal," kata Rudi.
Baca juga: Wakapolda Kalteng tegaskan komitmen menindak anggota Polri terlibat narkoba
Rudi menambahkan, Bank Mandiri juga terus menerapkan prinsip kehati-hatian dan mempertahankan postur risiko pada tingkat yang sehat untuk memastikan kualitas aset tetap terjaga.
Hasilnya, sampai dengan akhir kuartal I 2022 Bank Mandiri mampu menjaga rasio kredit bermasalah atau "non performing loan" (NPL) di level 2,74 persen atau menurun dari periode setahun sebelumnya sebesar 3,30 persen.
Optimalisasi aset tersebut lanjut Rudi juga terlihat dari posisi "Return on Asset" (ROA) Bank Mandiri yang terus membaik ke level 3,34 persen pada akhir Maret 2022.
Rasio tersebut lebih tinggi dari rata-rata ROA Bank Umum Konvensional sebesar 2,34 persen dan ROA Bank Persero Konvensional 3,00 persen pada Februari 2022.
"Hal ini menandakan Bank Mandiri mampu mengelola seluruh aset untuk mendukung bisnis dalam menghasilkan kinerja yang optimal bagi perusahaan," katanya.
Sepanjang kuartal I 2022 Bank Mandiri juga mencatat laba bersih konsolidasi sebesar Rp 10,03 triliun, naik 70 persen secara tahunan. Kinerja bisnis yang baik tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan kredit secara konsolidasi sebesar 8,93 persen secara yoy mencapai Rp1.072,9 triliun pada kuartal I 2022.
Sementara itu, sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga April 2022, nilai restrukturisasi kredit terdampak COVID-19 telah menuju ke angka Rp606,39 triliun.
Posisi ini sudah jauh lebih rendah, dari level tertingginya di akhir tahun 2020 yang menyentuh Rp1.000 triliun.
Kondisi tersebut menandakan, tingkat kemampuan membayar debitur terus membaik yang diikuti dengan peran perbankan yang mendorong perbaikan kualitas kredit.
Baca juga: FKIJK Kalteng susun berbagai kegiatan dukung pemulihan ekonomi daerah
Baca juga: Rencanakan turnamen kelompok umur, pegiat olahraga harapkan sepak bola berkembang optimal
Baca juga: Nasabah diminta berhati-hati terhadap penipuan mengatasnamakan BRI