Hal senada diungkapkan pakar kesehatan gigi sekaligus penulis "If Your Mouth Could Talk" Kami Hoss, DDS. Dia mengatakan, mulut dipenuhi dengan miliaran mikroba (misalnya, bakteri, jamur) yang secara kolektif disebut mikrobioma oral. Campuran mikroba setiap orang berbeda sama halnya seperti sidik jari.
"Dalam mulut yang sehat, mikrobioma ini seimbang," kata dia seperti disiarkan Livestrong belum lama ini.
Menurut dia, sikat gigi seseorang memiliki hubungan yang sangat erat dengan mikrobioma mulut unik. Menyikat gigi menyebabkan jutaan mikroba menempel pada bulu sikat gigi.
Baca juga: Menyikat gigi sebaiknya 30 menit setelah makan
Saat seseorang menyikat, dia membuang kotoran di mulut. Ada kemungkinan seseorang sakit karena virus atau gusi mungkin berdarah dan ini semua masuk ke sikat gigi.
Itu berarti jika dia menggunakan sikat gigi orang lain, maka itu akan mentransfer seluruh masalah oral ini ke dalam mulutnya. Akibatnya, dia dapat tertular virus atau memasukkan mikroba yang terkait dengan gigi berlubang dan penyakit gusi ke dalam mulutnya sendiri.
Ini tidak berarti jika seseorang berbagi sikat gigi, dia akan mengalami penyakit gigi berlubang atau gusi. Hoss mengatakan, perkembangan gigi berlubang dan penyakit gusi adalah multifaktorial dan sebagian besar bergantung pada faktor-faktor seperti sistem kekebalan tubuh dan mikrobioma mulut.
Tapi tetap saja, tidak ada gunanya mengambil risiko ini. Jenis bakteri jahat ini bersifat oportunistik yakni sangat ingin tumbuh dan berkembang di mulut.
"Bakteri bersembunyi di bawah gusi Anda, dan bulu sikat gigi akan membangkitkan bakteri periodontal di mulut Anda," kata pakar kesehatan gigi Corina Layton.
Murphy menyebutkan, ada beberapa hal yang dapat seseorang lakukan untuk membuat mulutnya bila tak ada sikat gigi di sekitar. Pertama, taruh sedikit pasta gigi di jari. Kemudian, gunakan waslap bersih untuk menggosok plak dengan lembut dari gigi. Setelahnya, cobalah berkumur dengan obat kumur dan gunakan benang gigi.
Sebuah studi dalam BMC Oral Health pada Oktober 2020 tentang kebiasaan perawatan kesehatan mulut rumah tangga selama COVID-19 menunjukkan, hanya tiga persen orang berbagi sikat gigi tetapi 64 persen menggunakan wadah yang sama untuk menyimpan sikat. Ini sesuatu yang juga dapat memfasilitasi kontaminasi silang dari virus.
Jika seseorang sakit karena virus apa pun termasuk penyebab COVID-19 atau influenza, sebaiknya buang sikat gigi lama dan gunakan yang baru.
Kemudian, usai menggunakan sikat gigi, bilas dengan air lalu simpan dengan tegak sehingga dapat mengering dengan sendirinya. Ini membuat sikat lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi tempat tumbuhnya bakteri daripada menggunakan penutup sikat gigi, demikian saran Murphy.
Baca juga: Amankah gunakan pasta gigi berflouride?
Baca juga: Cara periksa kebersihan gigi anak setelah menyikat gigi
Baca juga: Masih banyak masyarakat Indonesia keliru saat menyikat gigi