Menteri Erick Thohir alternatif cawapres potensial untuk Ganjar

id Erick Thohir,Menteri BUMN,cawapres 2024,Kalteng,Direktur Eksekutif PARA Syndicate

Menteri Erick Thohir alternatif cawapres potensial untuk Ganjar

Menteri BUMN Erick Thohir menyampaikan paparan pada rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (31/8/2023). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww.

Jakarta (ANTARA) - Direktur Eksekutif PARA Syndicate Ari Nurcahyo menyebut Menteri BUMN Erick Thohir adalah alternatif calon wakil presiden (cawapres) yang potensial untuk calon presiden (capres) dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo.

"Desain awal pendamping Ganjar berasal dari kelompok religius karena Ganjar berasal dari kalangan nasionalis, sehingga sosok yang tepat untuk mendampingi Ganjar adalah kelompok religius yang dekat dengan NU ataupun Muhammadiyah. Saat ini, tokoh yang dekat dengan NU dan Muhammadiyah adalah Erick Thohir,” kata Ari dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Ari pun menyoroti hasil survei Agustus 2023 oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) yang menyebut Erick paling difavoritkan responden untuk mendampingi Gubernur Jawa Tengah itu pada Pilpres 2024.

Baca juga: Erick Thohir enggan berpolemik dan lebih pilih cari solusi

Pada survei itu, nama Erick unggul dengan 17 persen untuk disandingkan dengan Ganjar, sedangkan Sandiaga Salahuddin Uno menyusul dengan angka 13,6 persen.

Sementara itu, ketika disimulasikan Ganjar Pranowo-Erick Thohir, pasangan ini unggul sangat signifikan 39 persen dibandingkan Prabowo Subianto-Muhaimin Iskandar 33,7 persen.

Lebih lanjut, Ari berpandangan bahwa masuknya Sandiaga ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sejatinya untuk menjenamakan (branding) diri sebagai kelompok religius untuk dapat mendampingi Ganjar.

Baca juga: Erick Thohir apresiasi Kejagung bongkar kasus besar di BUMN

Namun, Ari menilai branding Sandiaga untuk menjadi kelompok religius tidak berjalan mulus. Sebab, kata dia, selama menjadi pendamping Prabowo Subianto di Pilpres 2019, Sandiaga sudah diposisikan sebagai kalangan nasionalis.

Di sisi lain, elektabilitas Erick cenderung merangkak naik. Ari menilai, naiknya elektabilitas Erick dipengaruhi oleh kekuatan Nahdlatul Ulama (NU), selain karena kinerjanya sebagai Menteri BUMN dan Ketua PSSI.

“Memang yang cocok untuk mendampingi Ganjar adalah kelompok religius yang dekat dengan NU ataupun Muhammadiyah,” kata dia.

Baca juga: Erick Thohir bagikan tips 'bersih-bersih' BUMN kepada mahasiswa Unair

Ari menjelaskan bahwa kedekatan Erick dengan NU karena ia merupakan anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU, sementara kedekatannya dengan Muhammadiyah diperlihatkan oleh manuver PAN mencalonkan Erick sebagai cawapres.

Tingginya elektabilitas Erick saat ini dinilai Ari sangat menguntungkannya. Selain berpotensi besar mendampingi Ganjar, Erick juga dinilai tepat jika dipasangkan dengan Prabowo Subianto.

"Meski sudah dicalonkan sebagai cawapres dari PAN, Erick masih bisa dipasangkan Ganjar. Sehingga peluang Erick dipasangkan dengan Ganjar atau Prabowo sangat besar. Apalagi Erick melakukan branding politik dengan masuk ke NU melalui Banser dan diusung oleh PAN yang merupakan sayap kelompok Muhammadiyah. Saya melihat Erick sangat cerdas bermain di antara Ganjar dan Prabowo," kata dia.

Baca juga: Erick Thohir ajak generasi muda perempuan jadi bagian dari BUMN

Untuk diketahui, pada survei yang sama, LSI juga mendapati bahwa 15,9 persen responden menilai Erick Thohir paling pantas mendampingi Prabowo. Angka itu lebih besar dibandingkan Agus Harimurti Yudhoyono (12,1 persen).

Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan dimulai pada 19 Oktober sampai dengan 25 November 2023.

Baca juga: Menteri BUMN Erick Thohir masuk bursa cawapres Ganjar

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu), pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.

Saat ini, terdapat 575 kursi di parlemen sehingga pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024 harus memiliki dukungan minimal 115 kursi di DPR RI. Selain itu, pasangan calon juga dapat diusung oleh parpol atau gabungan parpol peserta Pemilu 2019 dengan total perolehan suara sah minimal 34.992.703 suara.

Baca juga: Jokowi dinilai inginkan Erick Thohir jadi bakal cawapres