UPR-BRGM rumuskan solusi kebakaran berulang di Kalteng

id BRGM,Kalteng,Tumbang Nusa,UPR,Universitas Palangka Raya

UPR-BRGM rumuskan solusi kebakaran berulang di Kalteng

Ilustrasi - Kebakaran hutan dan lahan yang ada di Provinsi Kalimantan Tengah

Palangka Raya (ANTARA) - Universitas Palangka Raya (UPR) bersama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) melakukan penelitian di Desa Tumbang Nusa, Kecamatan Jabiren Raya, Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah terkait penyebab terjadinya kebakaran berulang yang terjadi daerah itu.

"Desa Tumbang Nusa dikelilingi oleh rawa dan sungai yang menjadi surga bagi para pemancing. Setiap musim kemarau tiba, banyak para pemancing berlomba untuk mencari spot memancing di wilayah ini. Bukan tanpa alasan, musim ikan terjadi saat musim kemarau tiba. Namun aktivitas memancing inilah dapat menjadi pemicu munculnya titik api," kata Kepala Desa Tumbang Nusa Lily melalui siaran pers yang diterima Antara Kalteng di Palangka Raya, Kamis.

Ia mengatakan, kelalaian oknum para pemancing terjadi dengan membiarkan puntung rokok, obat nyamuk dan api unggun dibiarkan menyala, tanpa pemadaman. Posisi desa yang memiliki banyak pintu masuk, baik melalui darat dan air menyebabkan semakin sulit mengidentifikasi pelaku pemicu titik api tersebut.

Penyebab kedua adalah lahan tidur. Desa Tumbang Nusa pada awalnya berada di pinggir Sungai Kahayan. Sejak ada jalan lintas provinsi, sebagian warga Tumbang Nusa beralih ke pinggir jalan. Jalan lintas ini menyebabkan tanah di Desa Tumbang Nusa menjadi sarana investasi masyarakat Kota. Kini banyak tanah di Desa Tumbang Nusa yang tidak diketahui pemiliknya karena telah mengalami penjualan berulang.  

Hal ini menyebabkan pihak desa tidak bisa lagi melacak kepemilikan akhir dari tanah-tanah tersebut. 

Masalahnya, tanah-tanah tersebut tidak terpelihara dan menjadi bahan bakar terbaik ketika terjadi kebakaran di lahan gambut. Lahan tidur ini juga menyebabkan mudahnya api menjalar dari desa satu ke desa lainnya.

"Kami kesulitan mengidentifikasi pemilik terakhir dari lahan tidur tersebut, karena selama ini tidak ada Peraturan Desa terkait wajib lapor jika melakukan transaksi jual beli tanah di wilayah Kami," ucap Lily. 

Karhutla pada lahan gambut ini memiliki dampak yang sangat serius terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Asap yang dihasilkan dari kebakaran tersebut dapat menyebabkan gangguan pernapasan dan penyakit lainnya, serta penurunan pendapatan masyarakat setempat. Hal ini menunjukkan urgensi untuk segera menangani permasalahan ini.
 

FGD yang dilakukan Universitas Palangka Raya dan BRGM di Desa Tumbang Nusa, 2023


Prof. Nina Yulianti, sebagai koordinator tim peneliti Kebakaran Berulang di Kalimantan Tengah menyatakan, temuan kami ini menjadi panggilan untuk tindakan nyata. Kami berharap pemerintah, masyarakat, dan semua pihak terkait dapat bersama-sama berkontribusi untuk mengatasi masalah ini demi keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat Desa Tumbang Nusa.

Para peneliti UPR bersama dengan BRGM merumuskan beberapa solusi untuk mencegah terjadinya kebakaran berulang di desa ini. 

Pertama, melakukan kepemilikan lahan dan mendorong pengelolaan lahan agar tidak menjadi lahan tidur. Kedua, pembuatan Peraturan Desa tentang wajib lapor jual beli kepemilikan lahan agar memudahkan pelacakan kepemilikan  lahan yang telah berpindah tangan berkali-kali. 

Ketiga, sosialisasi dan patroli yang lebih gencar terutama pada lokasi pemancingan. Dengan kerja sama antara pemerintah, masyarakat lokal, dan lembaga non-pemerintah, diharapkan solusi ini dapat diimplementasikan secara efektif.

UPR juga mengundang pihak-pihak terkait, termasuk pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, dan komunitas lokal, untuk bekerja sama dalam menanggulangi permasalahan kebakaran lahan gambut ini tidak hanya sesaat tetapi secara berkelanjutan. 

"Diperlukan adanya center of excellent yang terintegrasi dengan command center yang spesifik untuk setiap region prioritas restorasi gambut yaitu Kalimantan, Sumatera dan Papua. Dukungan dari berbagai pihak akan menjadi kunci keberhasilan dalam menciptakan solusi berkelanjutan," demikian Nina Yulianti.