TNI terima 235 senjata rakitan sisa konflik dari warga perbatasan
Kupang (ANTARA) - Komandan Korem 161/Wira Sakti Brigjen TNI Joao Xavier Barreto Nunes mengatakan pihaknya berhasil mengumpulkan 235 senjata rakitan sisa-sisa konflik antara prointegrasi dan prokemerdekaan saat Timor-Timur (sekarang Timor Leste) lepas dari NKRI.
"235 senjata rakitan ini merupakan hasil dari operasi teritorial yang dilakukan oleh Satgas Pamtas RI-RDTL yang selama ini bertugas di sektor Barat dan sektor Timur," katanya di Kupang, NTT, Rabu.
Dia mengatakan bahwa 235 senjata rakitan itu hasil operasi kurang lebih dua tahun terakhir yakni dari tahun 2022 hingga 2024.
Senjata-senjata itu ujar dia diberikan secara sukarela kepada TNI AD khususnya kepada setiap satuan tugas Pamtas yang selama ini telah bertugas di wilayah perbatasan RI-RDTL.
Penyerahan itu dilakukan setelah mereka mendapatkan pencerahan dan pengarahan dalam pelaksanaan operasi teritorial yang dilakukan oleh Satgas Pamtas RI-RDTL.
Jenderal bintang satu itu mengatakan bahwa pihaknya akan memusnahkan sejumlah senjata rakitan tersebut, namun masih menunggu petunjuk dari Kodam IX/Udayana di Denpasar, Bali.
"Kami masih menunggu petunjuk apakah dimusnahkan di Kodam atau dimusnahkan di Korem 161/Wira Sakti," ucap dia.
Selain itu juga dalam kesempatan tersebut jenderal bintang satu itu itu juga mengatakan bahwa selain 235 senjata yang tekah dikumpulkan tersebut, ada juga enam senjata rakitan dan satu pistol rakitan yang diperoleh oleh Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Barat Yonkav 6/Naga Karimata yang juga didapat dari masyarakat.
Danrem yakin bahwa masih banyak warga di perbatasan kedua negara itu yang masih menyimpan senjata-senjata rakitan tersebut, karena itu dia berharap agar masyarakat bisa menyerahkan senjata-senjata tersebut agar tidak menjadi masalah di kemudian hari jika ditemukan.
Sementara itu mantan pejuang Prointegrasi yang memilih Indonesia Alfonso Hendrikus da Costa Soares mengatakan bahwa dirinya mengembalikan senjata tersebut karena sudah saatnya bertani bukan lagi berperang.
"Sekarang bukan lagi memegang senjata, tetapi pegang cangkul untuk bertani agar bisa menghidupi anak istri," ujar dia.
Indonesia kata dia saat ini sudah aman, khususnya di wilayah perbatasan, sehingga dia mengajak seluruh masyarakat di perbatasan agar bersama-sama menjaga kondusifitas tersebut.
"235 senjata rakitan ini merupakan hasil dari operasi teritorial yang dilakukan oleh Satgas Pamtas RI-RDTL yang selama ini bertugas di sektor Barat dan sektor Timur," katanya di Kupang, NTT, Rabu.
Dia mengatakan bahwa 235 senjata rakitan itu hasil operasi kurang lebih dua tahun terakhir yakni dari tahun 2022 hingga 2024.
Senjata-senjata itu ujar dia diberikan secara sukarela kepada TNI AD khususnya kepada setiap satuan tugas Pamtas yang selama ini telah bertugas di wilayah perbatasan RI-RDTL.
Penyerahan itu dilakukan setelah mereka mendapatkan pencerahan dan pengarahan dalam pelaksanaan operasi teritorial yang dilakukan oleh Satgas Pamtas RI-RDTL.
Jenderal bintang satu itu mengatakan bahwa pihaknya akan memusnahkan sejumlah senjata rakitan tersebut, namun masih menunggu petunjuk dari Kodam IX/Udayana di Denpasar, Bali.
"Kami masih menunggu petunjuk apakah dimusnahkan di Kodam atau dimusnahkan di Korem 161/Wira Sakti," ucap dia.
Selain itu juga dalam kesempatan tersebut jenderal bintang satu itu itu juga mengatakan bahwa selain 235 senjata yang tekah dikumpulkan tersebut, ada juga enam senjata rakitan dan satu pistol rakitan yang diperoleh oleh Satgas Pamtas RI-RDTL Sektor Barat Yonkav 6/Naga Karimata yang juga didapat dari masyarakat.
Danrem yakin bahwa masih banyak warga di perbatasan kedua negara itu yang masih menyimpan senjata-senjata rakitan tersebut, karena itu dia berharap agar masyarakat bisa menyerahkan senjata-senjata tersebut agar tidak menjadi masalah di kemudian hari jika ditemukan.
Sementara itu mantan pejuang Prointegrasi yang memilih Indonesia Alfonso Hendrikus da Costa Soares mengatakan bahwa dirinya mengembalikan senjata tersebut karena sudah saatnya bertani bukan lagi berperang.
"Sekarang bukan lagi memegang senjata, tetapi pegang cangkul untuk bertani agar bisa menghidupi anak istri," ujar dia.
Indonesia kata dia saat ini sudah aman, khususnya di wilayah perbatasan, sehingga dia mengajak seluruh masyarakat di perbatasan agar bersama-sama menjaga kondusifitas tersebut.