Hindari utang, Presiden Argentina sewa pesawat Inggris

id Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner

Hindari utang, Presiden Argentina sewa pesawat Inggris

Presiden Argentina Cristina Fernandez de Kirchner (REUTERS/Enrique Marcarian) istimewa

Buenos Aires (ANTARA News) - Presiden Argentina Cristina Kirchner akan melakukan kunjungan kerja ke empat negara dengan menggunakan pesawat sewaan dari Inggris.

Penggunaan pesawat sewaan ini dilakukan untuk menghindari penyitaan karena sengketa utang jika tetap bersikeras menggunakan pesawat resmi kepresidenan, demikian pernyataan pemerintah.

Meskipun Argentina dan Inggris dalam beberapa waktu terakhir terlibat dalam perang kata-kata terkait Kepulauan Falkland, Pemerintah Kirchner telah membayar kepada perusahaan penerbangan Inggris Chapman Freeborn sebesar 880 ribu dolar AS untuk perjalanan ke Kuba, Uni Emirat Arab, Indonesia dan Vietnam.

Kekhawatiran pemerintah terkait ancaman penyitaan tidak berlebihan karena tahun lalu, sebuah pengadilan di Ghana menyita kapal angkatan laut Argentina "Libertad" selama dua bulan atas permintaan dari NML Capital, sebuah perusahaan investasi yang berkantor di Cayman Islands.

Perusahaan itu mengatakan bahwa Buenos Aires berhutang 370 juta dolar AS yang berasal dari penumpukan utang negara satu dasawarsa lalu.

Oscar Parrilli, sekretaris jenderal presiden, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa "sangat mungkin" jika perusahaan itu akan mencoba untuk menahan pesawat resmi Tango 01 (T-01) dalam perjalanan Kirchner mendatang.

Meskipun menggunakan pesawat resmi akan 20 persen lebih murah, Kementerian Luar Negeri menyarankan untuk tidak menggunakannya "karena sikap agresif dari perusahaan itu", katanya.

AFP melaporkan, sebuah sumber pemerintah mengatakan perjalanan dimulai dari Havana pada Kamis.

Kirchner, yang pernah menyewa sebuah pesawat Chapman Freeborn untuk perjalanan sebelumnya pada tahun 2010 dan 2011, telah berbagi kata-kata tajam dengan Perdana Menteri Inggris David Cameron atas Falklands, yang dikuasai Inggris setelah perang berdarah di kepulauan itu pada tahun 1982.

(G003)