Kenaikan Harga Rotan Di Kotawaringin Timur Menggembirakan

id Kenaikan Harga Rotan Di Kotawaringin Timur Menggembirakan, Rotan

Kenaikan Harga Rotan Di Kotawaringin Timur Menggembirakan

Petani Rotan, (Istimewa)

...maka barang akan banyak sehingga harga akan turun...
Sampit, 17/10 (Antara) - Harga rotan di Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah saat ini mengalami kenaikan sehingga cukup menggembirakan petani dan pelaku bisnis rotan di daerah itu.

"Saat ini harga rotan basah sekitar Rp2.400 per kilogram, naik dibanding biasanya. Ini karena pasokan sedang berkurang makanya harga naik, tapi permintaan juga tidak terlalu banyak," kata Dahlan Ismail, seorang pengusaha rotan di Kelurahan Kotabesi Hilir,Kamis.

Dahlan menduga kosongnya pasokan lantaran saat ini sebagian petani sedang menggarap sawah mereka untuk memulai menanam padi sehingga hanya sedikit yang tetap memanen rotan. Sekadar diketahui, sebagian petani di Kotim memang merupakan petani sawah, selain mengandalkan hasil panen rotan.

Biasanya harga rotan basah berkisar Rp 2.100 hingga Rp 2.200 per kilogramnya, sehingga kenaikan harga saat ini sangat disyukuri para petani dan pebisnis rotan seraya berharap harga rotan akan terus membaik.

Namun Dahlan mengakui cemas karena dia memprediksi harga bisa saja kembali turun setelah nanti para petani kembali memanen rotan sehingga pasokan melimpah, padahal permintaan masih kecil.

"Masalahnya permintaan tidak terlalu banyak, jadi nanti kalau banyak yang memanen rotan, maka barang akan banyak sehingga harga akan turun. Mudah-mudahan saja harga tetap bertahan," ujar Dahlan.

Sejak diberlakukannya larangan ekspor rotan mentah per Desember 2011 lalu, sektor rotan yang selama ini menjadi andalan sebagian masyarakat Kotim, menjadi terpuruk. Ribuan karyawan menjadi korban akibat perusahaan pengepul rotan melakukan efisiensi, bahkan tidak sedikit pengusaha rotan yang akhirnya gulung tikar.

Masyarakat sangat menyayangkan kebijakan pemerintah tersebut karena telah membuat ribuan pekerja di sektor ini menjadi menderita. Industri dalam negeri hanya mampu menyerap sebagian kecil produksi rotan Kalteng, khususnya Kotim.

Berbagai solusi yang pernah dijanjikan pemerintah pusat, salah satunya adalah sistem resi gudang yang disebut-sebut akan menampung hasil panen petani, nyatanya hingga kini belum juga terealisasi setelah bertahun-tahun dijanjikan.

Pemerintah seolah lepas tangan membiarkan petani dan pelaku usaha rotan untuk berjuang sendiri untuk bangkit keterpurukan. Padahal, selama ini usaha di sektor rotan sangat membantu pemerintah karena usaha ini sudah bisa mandiri, bahkan mampu menyerap ribuan tenaga kerja sehingga membantu mengurangi pengangguran dan kemiskinan.

"Kondisinya masih terpuruk seperti ini dan tanpa ada solusi. Pemerintah mengeluarkan kebijakan namun tidak memikir dampaknya seperti ini dan pemerintah juga tidak ada bukti nyata membantu kami keluar dari masalah ini,"kata Dahlan.



(T.KR-NJI/B/M019/M019)