Warga Makin Takut Diterkam Buaya Mentaya

id Warga Makin Takut Diterkam Buaya Mentaya, buaya,

Warga Makin Takut Diterkam Buaya Mentaya

Ilustrasi, Buaya (Istimewa)

ancaman itu bisa kapan saja menimpa padahal sebagian besar masyarakat, khususnya yang tinggal di bantaran sungai, setiap hari beraktivitas di sungai, seperti mandi dan mencuci,"
Sampit (Antara Kalteng) - Makin seringnya jatuh korban akibat keganasan buaya di Sungai Mentaya Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, membuat masyarakat setempat makin cemas beraktivitas di sungai.

"Ini soal nyawa. Tahun ini saja sudah dua orang meninggal diterkam buaya, artinya ancaman itu bisa kapan saja menimpa padahal sebagian besar masyarakat, khususnya yang tinggal di bantaran sungai, setiap hari beraktivitas di sungai, seperti mandi dan mencuci," kata Hamid, warga Samuda Kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Kamis.

Keganasan buaya itu kembali memakan korban pada Senin (19/5) sekitar pukul 16.30 WIB. Seorang warga bernama Yassin (40) diterkam buaya saat dia mandi dengan rekannya di Desa Jaya Karet RT 1 Kecamatan Mentaya Hilir Selatan. Jasadnya baru ditemukan Rabu lalu.

Yassin adalah korban kedua keganasan buaya sungai Mentaya sepanjang 2014 ini. Jika dihitung sejak 2013 hingga sekarang, setidaknya sudah ada tujuh kasus warga diterkam buaya dan sebagian besar korbannya meninggal, bahkan ada yang jasadnya belum ditemukan hingga saat ini.

Kini masyarakat di perairan Mentaya Hilir Selatan dan sekitarnya mulai mengurangi aktivitas di sungai karena sebagian besar kasus terkaman buaya terjadi di kawasan mereka. Jika pun terpaksa beraktivitas di sungai, kini mereka lebih hati-hati dan mewaspadai munculnya buaya.

"Buayanya masih berkeliaran dan diyakini jumlahnya banyak makanya masyarakat makin waswas karena kapan saja bisa muncul. Sekarang kami lebih berhati-hati lagi ketika beraktivitas di sungai dan mewaspadai kemunculan buaya," kata Fahmi, warga Kecamatan Pulau Hanaut.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam mengakui, buaya di sungai Mentaya merupakan buaya paling ganas di Provinsi Kalimantan Tengah karena sudah banyak memakan korban.

"Melihat dari banyaknya korban, buaya di sungai Mentaya memang terbilang ganas. Ini harus menjadi perhatian kita semua agar tidak ada lagi konflik antar buaya dengan manusia, apalagi sampai kembali menimbulkan korban," kata Kepala Seksi Konservasi Wilayah II BKSDA Kalteng, Hartono.

Hartono menduga, populasi buaya di perairan Mentaya cukup banyak. Pihaknya berencana melakukan pendataan populasi buaya tersebut meski langkah itu diakuinya bukan perkara mudah karena wilayahnya cukup luas.

Menurut keterangan warga, populasi buaya cukup banyak diperkirakan ada di sekitar Pulau Lepeh karena mereka sering melihat buaya di kawasan itu. Karena itulah kawasan tersebut diwaspadai karena dianggap berbahaya.

"Kami belum bisa memperkirakan berapa populasi buaya di perairan Kecamatan Mentaya Hilir Selatan dan sekitarnya. Pendataan dan evakuasi juga tidak mudah karena posisi buayanya sulit dilacak. Kalau ada yang tertangkap, baru kita evakuasi," kata Hartono.

Untuk penanganan masalah ini, BKSDA akan berkoordinasi dengan kepolisian dan pemerintah daerah. Masyarakat juga diimbau untuk berhati-hati ketika beraktivitas di sungai karena keberadaan buaya masih mengancam.

(T.KR-NJI/B/H-KWR/H-KWR)