Ulan Bator (ANTARA News) - Parlemen Mongolia, Rabu, memutuskan memecat
Perdana Menteri Norov Altankhuyag di tengah kekhawatiran atas
kemerosotan ekonomi yang parah karena harga emas, tembaga dan batu bara
serta kecenderungan penurunan investasi.
Reuters melaporkan, dari 66 anggota parlemen yang memilih, 34
mendukung pemecatan Altankhuyag, kata televisi Mongolia. Sepuluh anggota
parlemen, termasuk delapan anggota koalisinya, tidak hadir.
Kini semua tergantung pada pemerintah koalisi untuk memilih seorang
kandidat baru, yang harus disetujui presiden dan dikukuhkan oleh
parlemen.
Pemerintah Mongolia dilanda kekacauan bulan lalu, ketika tujuh
menteri termasuk menteri pertambangan dan hubungan luar negeri,
mengundurkan diri setelah Altankhuyag memperoleh persetujuan parlemen
untuk mengonsolidasikan kementerian dari 16 berkurang menjadi 13.
Tindakan itu menyebabkan oposisi Partai Rakyat Mongolia mendesak
perdana menteri mundur, dan akhirnya orang-orang pemerintahnya sendiri
menuntut ia mundur.
Parlemen menolak satu usul anggaran belanja untuk kedua kali pada 31
Oktober di tengah-tengah kecaman atas pengeluaran yang melebihi dari
biasa dan proyeksi-proyeksi ekonomi yang terlalu optimistik.
Undang-Undang Stabilitas Fiskal Mongolia akan berlaku penuh tahun
depan yang akan menetapkan utang dibawah 40 persen dari produk domestik
bruto.
"Sangat jelas bahwa siapa pun yang akan memerintah tahun depan akan
menghadapi masalah-masalah besar, dengan harus membayar gaji para
karyawan pemerintah," kata Lusanvandan Sumati, Kepala Sant Mara
Foundation, sebuah grup polling.
Kunci untuk menghidupkan kembali investasi asing, yang merosot 59
persen tahun ini penting, adalah dengan menyelesaikan sengketa yang lama
menyangkut tambang tembaga besar Oyu Tolgoi di mana Mongolia memiliki
saham bersama dengan cabang perusahaan raksasa Rio Tinto, Turquoise Hill
Resources.
Rio menangguhkan konstruksi satu proyek perluasan bawah tanah
senilai 5,4 miliar dolar AS Agustus 2013 karena tidak ada kesepakatan
termasuk biaya konstruksi.
Altankhuyag diperkirakan akan menandatangani satu memorandum
kesepahaman sebelum bankir mengeluarkan pinjaman empat miliar dolar AS
untuk pembiayaan proyek guna membantu perluasan itu.
Tiongkok membeli lebih dari 90 persen ekspor Mongolia terutama batu
bara dan tembaga, dan 49 persen perusahaan asing yang terdaftar di
Mongolia adalah Tiongkok, kata kantor berita Tiongkok Xinhua, Agustus.