Lengkeng Jadi Primadona Baru di Pedalaman Kalteng

id Lengkeng Jadi Primadona Baru di Pedalaman Kalteng, Tanaman lengkeng atau kelengkeng (Dimocarpus longan)

Lengkeng Jadi Primadona Baru di Pedalaman Kalteng

Seorang pekerja membersihkan bibit lengkeng dataran rendah jenis diamond river dan pingpong di sentra pembibitan pembibitan holtikulutra pemerintah Kabupaten Barito Utara, Kalteng, di kilometer 7 Jalan Negara Muara Teweh - Puruk Cahu. (Foto Antara Ka

Muara Teweh (Antara Kalteng)-Tanaman lengkeng atau kelengkeng (Dimocarpus longan) dataran rendah jenis Diamond River dan Pingpong yang selama ini hanya dikembangkan dan dibudidayakan di Pulau Jawa, kini tumbuh subur di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.

Budidaya lengkeng di salah satu kabupaten pedalaman Sungai Barito ini memang masih jarang dilakukan. Namun melihat dari hasil tanaman di sentra pembibitan holtikulutra pemerintah Kabupaten Barito Utara di kilometer 7 Jalan Negara Muara Teweh - Puruk Cahu, kedua jenis ini cocok dan tumbuh subur.

Saat ini memang belum banyak orang yang melakukan budidaya kelengkeng di daerah setempat, ada yang menanam kedua jenis itu namun hanya sebagai kegemaran dan koleksi saja.

"Memang sebelumnya saya ragu lengkeng bisa tumbuh di daerah ini. Namun dari hasil uji coba kami lakukan, tanaman buah itu cocok dan rasanya tetap manis," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Benih Hortikultura pemerintah Kabupaten Barito Utara, Mujiburahman.

Perbedaan kelengkeng Pingpong dan Diamond River, Kelengkeng Pingpong merupakan jenis kelengkeng yang memiliki ukuran yang cukup besar sehingga dipersamakan dengan bola pingpong, daging sedang, biji besar, rasanya manis, buah tidak se-lebat Kelengkeng Diamond River.

Kelengkeng Diamond River memiliki ukuran yang lebih kecil dari Kelengkeng Pingpong, daging tebal, biji kecil, rasanya manis, buahnya lebih lebat dari kelengkeng Pingpong.

Kelebihan dari lengkeng dataran rendah varietas Diamond River berasal dari Tiongkok dan Pingpong yang berasal dari Vietnam ini cepat berbuah dan pada umur 16 -20 bulan mulai belajar berbunga dan berbuah.

Pada November 2019 lalu pemerintah daerah telah melakukan uji coba menanam sebanyak 318 bibit lengkeng yang ditanam di kawasan sentra pembibitan buah itu seluas dua hektare.

Ratusan bibit lengkeng dataran rendah tropis ini, bibitnya didatangkan dari Jawa, melalui salah satu majalah yang terkenal dengan pembibitan tanaman buah-buahan di Tanah Air.

Dari hasil uji coba itu sudah beberapa kali berbuah, namun tidak serentak, sehingga pihaknya melakukan terobosan dengan memberikan perlakuan khusus melalui perawatan dan pemberian pupuk yang rutin sehingga hasilnya panen hampir semua pohon berbuah secara serentak.

Sehingga pada tanggal 20 April 2015 Bupati Barito Utara, Nadalsyah bersama sejumlah pejabat lainnya melakukan panen secara besar-besaran dan buah lengkeng yang di panen tersebut semuanya sekitar 200 kilogram.

Selain Bupati Barito Utara, pejabat lainnya yang ikut panen lengkeng Wakil Bupati Ompie Herby, Ketua DPRD Set Enus Y Mebas, dan Sekretaris Daerah pemkab Barito Utara, Jainal Abidin dan pejabat lainnya.

"Kita harapkan tanaman lengkeng yang tumbuh subur ini dapat disosialisasikan ke masyarakat sehingga nantinya warga juga dapat membudidayakan tanaman ini baik di kebun maupun pekarangan rumah," ucap Bupati Barito Utara, Nadalsyah.

Tanaman buah lengkeng itu juga menjadi lokasi studi banding bagi sejumlah anggota DPRD Kabupaten Murung Raya yang merupakan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Barito Utara tahun 2002 lalu.

Di lokasi tanaman lengkeng itu memang saat ini hanya tersisa 200 pohon, karena sebagian bibit banyak yang di curi orang yang tidak dikenal, bahkan selain bibit yang baru ditanam juga bibit yang masih di pohon diangkut pencuri.

Mungkin ketika itu bibit lengkeng masih mahal dan sulit di cari sehingga tanaman tersebut menjadi sasaran pencuri.



Kembangkan Bibit



Melihat hasil tanaman lengkeng yang tumbuh subur sehingga dalam tiga tahun terakhir UPTD Balai Benih Hortikultura Barito Utara mengembangkan bibit lengkeng untuk disalurkan kepada masyarakat tersebar di sembilan kecamatan, namun jumlahnya masih sedikit.

Tahun 2015 ini dikembangkan bibit sebanyak 2.000 pohon dengan pola sambung susu.Tahun ini bibit yang dikembangkan lebih banyak dibanding tahun sebelumnya.

"Kami siap mengembangkan lebih banyak lagi, kalau memang didukung dananya oleh pemerintah daerah tahun depan," harap Kepala UPTD Balai Benih Hortikultura setempat,Mujiburahman.

Selain disalurkan secara cuma-cuma kepada masyarakat, bibit itu dijual kepada warga dengan harga Rp75.000 per bibit lebih murah dibanding dipasaran dengan harga berkisar antara Rp100 ribu sampai Rp200 ribu per bibit.

Namun bibit yang ada dipasaran kualitasnya masih diragukan, ada oknum penjual yang sengaja menjual bibit palsu, sehingga sering warga yang membeli mengeluhkan karena lengkengnya bertahun-tahun tidak berbuah.

Setelah melihat hasil panen buah lengkeng tersebut, kini warga mulai melirik bibit yang dikembangkan UPTD Balai Benih Hortikultura itu.

Selain warga Muara Teweh, daerah lain yang sudah membeli bibit itu diantaranya sejumlah kabupaten di Kalteng yakni Murung Raya, Barito Selatan dan Kota Palangka Raya.

Namun saat ini masih belum ada yang membeli dalam jumlah yang banyak, warga yang membeli bibit lengkeng paling banyak 50 bibit.

"Memang kami tidak mengembangkan lagi secara luas tanaman lengkeng ini, kecuali menambal sulam tanaman yang hilang atau mati.Kami hanya sebagai contoh bagi masyarakat untuk mengembangkan lengkeng yang punya prospek ekonomi yang bagus," jelas dia.

Pohon lengkeng yang berumur lima tahun di kebun tersebut bisa menghasilkan buah sebanyak 40 kilogram per pohon sekali panen.Bayangkan berapa penghasilan petani kalau dijual harga buah lengkeng dataran tinggi dipasaran Muara Teweh berkisar Rp25.000 sampai Rp40 ribu/kilogram.

Jadi tanaman lengkeng itu sangat cocok bagi warga yang ingin berbisnis buah lengkeng dengan membudidayakannya, karena kita bisa membuat panen bisa dua kali dalam setahun baik ditanam di lahan terbuka maupun dalam pot.

Bandingkan pohon rambutan yang hanya berbuah bisa dalam se tahun namun harganya pun tidak setinggi lengkeng.

"Kami mendorong petani atau warga di daerah ini untuk mengembangkan tanamam lengkeng, karena perlakuan menanamnya juga mudah dan tidak cerewet.Bahkan bagi warga yang ingin mengembangkan bibit lengkeng sendiri bisa belajar di UPTD ini, kami terbuka untuk memberikan pelajaran membudayakan tanaman itu," kata Mujiburahman.

Panennya buah lengkeng yang ada dikebun pembibitan tersebut, mendapat perhatian dan kunjungan legislator setempat sejumlah anggota DPRD Barito Utara yang merasa tidak percaya dilokasi itu tumbuh buah lengkeng yang rasanya manis dan segar.

Selama ini wakil rakyat itu hanya kenal buah lengkeng dataran tinggi yang dijual di pasaran di Muara Teweh, setelah melihat langsung kebun lengkeng itu, mereka berjanji menambahkan alokasi dana pembibitan melalui APBD kabupaten tahun 2016 mendatang.

"Memang rasanya lebih segar dibanding buah lengkeng yang ada dipasaran, sehingga perlu didukung untuk dikembangkan lebih banyak bibit lengkeng tersebut," kata Wakil Ketua DPRD Barito Utara, Hj Mery Rukaini.



Kawasan Agrowisata



Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Peternakan Kabupaten Barito Utara, Setia Budi mengatakan untuk tahun ini buah lengkeng yang ada di balai benih tersebut tidak dijual kepasaran atau masyarakat.

"Buah itu akan kami jual pada musim panen tahun depan, dengan cara mereka (warga) bayar masuk dan makan buah sepuas-puasnya di tempat tersebut, kalau mau bawa pulang makan kita timbang," katanya.

Namun rencana menjual buah tersebut harus dibuat produk hukumnya yakni menyiapkan peraturan daerah tentang penjualan buah oleh Balai Benih Hortikultura milik pemerintah daerah.

Apalagi pihaknya tahun 2016 mendatang memprogramkan pembangunan kawasan agrowisata dengan sasaran luas mencapai puluhan hektare.

Kawasan agrowisata ini nantinya berfungsi sebagai tempat pembibitan hortikultura dan wisata yang terletak di kilometer 7 Jalan Negara Muara Teweh-Puruk Cahu ini sudah ditanami puluhan jenis tanaman buah-buahan atau ratusan pohon induk seluas 11 hektare.

Secara bertahap ke depannya luas kawasan tersebut dikembangkan hingga mencapai 50 hektare sehingga menjadi salah satu lokasi agrowisata yang menarik bagi kabupaten kawasan utara Kalteng ini.

"Saat ini kami akan melakukan berbagai pembenahan untuk mempersiapkan fasilitas sarana dan prasarana yang ada di balai benih tersebut," kata dia.

Lokasi tersebut saat ini ditanami ratusan pohon durian dari berbagai varietas yang dikembangkan dengan cara okulasi dan sebagian besar sudah berbuah.

Namun demikian ,pihaknya mulai saat ini terus mengembangkan lokasi tersebut sehingga kedepannya peruntukan kawasan itu sudah difungsikan seiring tanaman hortikultura sudah berbuah.

"Jadi mulai saat ini lokasi itu akan menjadi pusat wisata buah-buahan baik jenis nasional maupun lokal," katanya.

Tanaman yang dikembangkan di antaranya salak tanpa biji, kelengkeng dataran rendah, cempedak lokal, cempedak king (tanpa biji) bibitnya didatangkan dari Malaysia, alpukat, mangga, jeruk siam, duku Palembang, dan rambutan rapiah serta ratusan durian dari berbagai jenis baik varietas lokal dan unggul nasional

"Untuk durian, kita mempunyai varitas lokal jenis gantar bumi yang dipatenkan menjadi unggul nasional yang dikembangkan dengan pola ukolasi," ujarnya.

Selain itu juga, telah dikembangkan tanaman obat dan buah-buahan langka yang tumbuh di kawasan hutan daerah ini guna mencegah kepunahan.

Sejumlah tanaman obat dan buah-buahan itu kami tanam dengan sistem terasering di kawasan berbukitan.

Buah-buahan langka yang hanya bisa didapat di sekitar hutan di kabupaten pedalaman Kalteng ini diantaranya tangkuhis, siwaw, bulau, tangkaring, manggis dan lanamon.Sedangkan tanaman obat langka diantaranya saluang belum, pasak bumi dan mahkota dewa.

"Kami berupaya menjadi kawasan ini menjadi tujuan wisata dan studi banding bagi pemerintah dan petani luar daerah," ujar Budi.