Sampit, Kalteng, 14/8 (Antara) - Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, dinilai memerlukan investor membangun pabrik rotan untuk membantu menyerap rotan hasil panen kebun masyarakat.
"Kita harus proaktif kalau memang ingin membantu petani rotan kita. Tidak bisa lagi cuma berharap pembeli yang datang. Kita harus berpikir bagaimana supaya investor membangun pabrik di sini sehingga banyak rotan petani yang bisa mereka serap," kata anggota Fraksi Golkar DPRD Kotawaringin Timur, Otjim Supriatna di Sampit, Minggu.
Saat ini nasib petani rotan di Kotawaringim Timur masih terpuruk karena rendahnya harga rotan mentah. Mereka pun kesulitan memasarkan rotan karena permintaan menurun drastis.
Otjim berpendapat, mendatangkan investor untuk membangun pabrik rotan di Kotawaringin Timur adalah solusi yang bisa ditempuh. Harapannya, petani akan bisa menyediakan kualitas rotan yang dibutuhkan pabrik agar bisa diekspor.
"Mereka (investor) yang mengumpulkan dan mereka mengekspor. Pengusaha lokal agak sulit mengekspor, tapi kalau buyer (investor) yang bangun pabrik maka mereka bisa mudah mengekspor. Mereka yang tahu kualitas yang dibutuhkan. Mereka yang kita datangkan ke sini," kata Otjim.
Menurutnya, rotan dan karet bukan tidak laku di pasaran, tetapi diduga ada monopoli karena pengekspor yang menentukan harga. Perlu terobosan agar semua produk rotan Kotawaringin Timur terserap sehingga berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Politikus yang pernah menjadi Kepala Dinas Kehutanan Kotawaringin Timur itu berharap masalah ini menjadi perhatian serius karena sebagian masyarakat bergantung pada penghasilan rotan, karet dan sawit. Perlu tindakan nyata membantu mencarikan solusinya, bukan sekadar janji.
Sektor rotan di Kotawaringin Timur jatuh terpuruk sejak pemerintah pusat melarang ekspor rotan mentah pada akhir 2011. Parahnya, kebijakan sepihak itu tanpa disertai solusi sehingga membawa dampak luar biasa bagi petani dan pelaku usaha rotan, khususnya di Kotawaringun Timur.
Solusi sistem resi gudang yang dulu sempat ditawarkan, hingga kini tidak ada buktinya. Dampaknya, diperkirakan ribuan orang kehilangan pekerjaan karena banyak pengusaha rotan gulung tikar sehingga pekerjanya dan petani pemasok rotan tidak ada lagi pekerjaan.
Kondisi ini sangat ironis karena kebijakan pemerintah dinilai telah melumpuhkan usaha sektor rotan. Padahal sektor yang selama ini berkembang mandiri meski tanpa bantuan pemerintah itu, telah berkontribusi besar menyerap banyak tenaga kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam kondisi terpuruk pun, sektor ini harus berjuang keras agar bisa bertahan di tengah nyaris tidak adanya perhatian pemerintah.
Berita Terkait
Delapan pelaku curanmor di Kobar berhasil diamankan polisi
Kamis, 21 November 2024 16:23 Wib
Pj Bupati evaluasi kinerja ASN di Kobar sebagai upaya tingkatkan kualitas pelayanan
Kamis, 21 November 2024 16:03 Wib
Forum Puspa Kalteng sosialisasikan pencegahan perkawinan usia anak dan dampak 'bullying'
Kamis, 21 November 2024 14:19 Wib
KPU Kotim utamakan distribusi logistik ke daerah terjauh dan tersulit
Rabu, 20 November 2024 21:13 Wib
Program makanan bergizi gratis pengaruhi alokasi anggaran di Kotim
Rabu, 20 November 2024 20:49 Wib
Ratusan warga binaan Lapas Sampit ikuti sosialisasi Pilkada 2024
Rabu, 20 November 2024 17:32 Wib
Warga dukung Halikinnor-Irawati perjuangkan kompensasi dari dampak aktivitas perusahaan
Selasa, 19 November 2024 23:58 Wib
Deklarasi Zero Halinar, Lapas Sampit sapu bersih HP warga binaan
Selasa, 19 November 2024 17:54 Wib