Umat Hindu Kaharingan Gelar Ritual Mamapas Lewu

id Kotawaringin Timur, Umat Hindu Kaharingan, Gelar Ritual Mamapas Lewu, Ketua Panitia, Dewin Marang

Umat Hindu Kaharingan Gelar Ritual Mamapas Lewu

Umat Hindu Kaharingan di Kabupaten Kotawaringin Timur melaksanakan upacara Mampakanan Sahur dan Mamapas Lewu di Taman Miniatur Budaya, Rabu (12/10/2016). Acara ini dihadiri warga dari lintas suku dan agama. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

...Melalui upacara ini kami berdoa kepada Tuhan melalui mereka agar Kotawaringin Timur terhindar dari bencana dan malapetaka..."
Sampit (Antara Kalteng) - Umat Hindu Kaharingan di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah menggelar ritual dalam upacara "mampakanan sahur tuntang mamapas lewu" yang dipusatkan di Taman Miniatur Budaya.

"Tuhan menciptakan dunia bukan hanya untuk manusia. Ada kayu, batu sungai dan lainnya. Mereka juga dimiliki roh-roh yang menguasai. Melalui upacara ini kami berdoa kepada Tuhan melalui mereka agar Kotawaringin Timur terhindar dari bencana dan malapetaka sehingga masyarakat bisa hidup aman, makmur, aman dan damai," kata Ketua Panitia Dewin Marang di Sampit, Rabu.

Mampakanan sahur merupakan ritual yang menunjukkan rasa syukur dengan membayar hajat. Kegiatan ini disimbolkan dengan mengundang masyarakat untuk makan dan minum bersama dalam suasana kegembiraan.

Acara diisi dengan mamapas lewu yang bermakna membersihkan kampung atau daerah dari hal-hal buruk. Rangkaian ritual ini dipimpin pemuka agama Hindu Kaharingan yang puncaknya dilakukan berkeliling Kota Sampit sambil memercikkan air sambil membaca doa. Ritual ini diakhiri dengan melarung berbagai jenis sesaji ke Sungai Mentaya.

Rangkaian upacara itu digelar sejak Senin (10/10) hingga Kamis (13/10) dipusatkan di Taman Miniatur Budaya Kotawaringin Timur di Jalan Karang Taruna. Ratusan warga dari 17 kecamatan menghadiri ritual tolak bala itu.

Dewin yang juga Ketua Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Kotawaringin Timur menjelaskan, meski merupakan ritual umat Hindu Kaharingan, namun upacara itu ditujukan untuk seluruh masyarakat. Karena itulah panitia mengundang tokoh dari berbagai suku dan agama. Ritual ini juga mengajarkan pentingnya kebersamaan dan saling menghargai.

"Hewan disembelih dan dimasak oleh warga muslim karena kami menghargai semua agama. Ini untuk harmonisasi dan mengajarkan kita menghargai tamu yang diundang maupun tidak diundang, tanpa melihat perbedaan apapun," ujar Dewin.

Wakil Bupati HM Taufiq Mukri mengatakan, pemerintah daerah mendukung pelestarian seni dan budaya. Begitu pula upacara `mampakanan sahur tuntang mamapas lewu` selalu mendapat dukungan.

" Acara ini juga menjadi sarana meminta kepada Yang Maha Kuasa agar daerah kita aman dan damai. Mampakanan sahur dan mamapas lewu juga menjadi agenda pariwisata untuk menarik wisatawan lokal nasional dan mancanegara," kata Taufiq.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur, Fajrurrahman mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan tokoh agama Hindu Kaharingan untuk memoles upacara "mampakanan sahur tuntang mamapas lewu" menjadi agenda pariwisata.

"Untuk teknisnya, tokoh agama yang lebih tahu. Kami membantu mengemas acara ini agar lebih menarik, tanpa mengurangi makna dan kekhidmatan upacara itu," kata Fajrurrahman.

Sementara itu, iring-iringan ratusan peserta mamapas lewu mendapat sambutan antusias masyarakat Sampit. Warga melambaikan tangan sebagai lambang sambutan hangat terhadap digelarnya ritual tersebut.