Chicago (Antara Kalteng) - Bagi orang dewasa gemuk yang sehat secara metabolis, konsumsi diet dengan lemak tak jenuh tinggi dan lemak jenuh rendah bisa membantu menurunkan kolesterol total mereka sampai 10 poin menurut studi yang dilakukan peneliti University of Illinois (UI) di Amerika Serikat.
Ahli nutrisi UI menganalisis temuan dari hasil delapan percobaan acak terkontrol untuk meneliti pengaruh diet dengan jumlah kalori sama, namun dengan kandungan tinggi lemak jenuh atau lemak tidak jenuh, pada tingkat lipida darah dan komposisi tubuh orang dewasa dengan kelebuhan berat badan dan gemuk.
Dibandingkan dengan timpalan mereka, subjek yang makan lebih banyak lemak tak jenuh tunggal dan lemak tak jenuh ganda kolesterol totalnya turun lebih dari 10 milligram per desiliter.
Namun pengurangan individual low-density lipoprotein (LDL), yang dijuluki "kolesterol jahat", dan konsentrasi trigliseridanya tipis, kata penulis utama studi itu, Bridget A. Hannon.
Terlepas dari banyaknya lemak jenuh atau tak jenuh yang mereka konsumse, hanya mereka yang menjalankan diet pembatasan kalori yang berat badannya turun menurut hasil studi itu.
Lemak tak jenuh ganda dan lemak tak jenuh tunggal, yang biasa disebut "lemak baik", ada dalam makanan seperti minyak zaitun, bunga matahari dan kanola; kacang dan biji-bijian; dan alpukat.
Mengonsumsi lemak-lemak tak jenuh ini berkaitan dengan risiko sakit jantung yang lebih rendah serta manfaat kesehatan lain.
Sementara lemak-lemak jenuh, yang biasanya terkandung dalam produk hewani seperti mentega dan produk susu, berhubungan dengan kenaikan berat badan dan peningkatan risiko penyakit jantung.
Obesitas berkaitan dengan lebih dari 20 penyakit, dan penurunan kolesterol total sedikitnya 10 poin membawa manfaat klinis, mencegah kejadian atau perkembangan kondisi-kondisi tersebut menurut para peneliti.
Bahkan jika orang yang sehat secara metabolis namun kelebihan berat badan belum memiliki gejala penyakit atau kondisi seperti diabetes tipe 2 atau sakit jantung,"kita tahu bahwa kesehatan metabolis, dalam konteks obesitas, adalah kondisi tidak tetap yang tidak bisa bertahan dari waktu ke waktu dan individu ini berisiko menghadapi perkembangan komorbiditas berbeda," kata Sharon V. Thompson, peneliti lain yang ikut menulis hasil studi itu.
Studi yang hasilnya disiarkan di the Annals of Nutrition and Metabolism itu diyakini sebagai studi pertama yang meneliti efek penggantian lemak jenuh dengan lemak tak jenuh dalam diet 660 lebih orang dengan kelebihan berat badan atau gemuk yang sehat secara metabolis, demikian menurut warta kantor berita Xinhua.
Berita Terkait
Dokter ingatkan sedot lemak bukan cara instan turunkan berat badan
Rabu, 31 Juli 2024 17:49 Wib
Bakar lemak saat musim panas dengan lima latihan berikut
Senin, 22 April 2024 17:49 Wib
Makanan bersantan sebaiknya tidak dipanaskan berulang
Minggu, 7 April 2024 14:31 Wib
Awas! Memiliki lemak perut di usia paruh baya berisiko Alzheimer
Minggu, 3 Desember 2023 10:04 Wib
Usai operasi sedot lemak, influencer Brasil 29 tahun meninggal
Sabtu, 11 November 2023 15:31 Wib
Pentingnya asupan lemak untuk perkembangan otak anak
Minggu, 23 Juli 2023 18:36 Wib
Benarkah udara dingin pagi hari membantu pembakaran lemak?
Senin, 22 Mei 2023 11:14 Wib
Dokter gizi : Batasi konsumsi kuah bersantan saat Lebaran
Jumat, 21 April 2023 17:00 Wib