PDAM Lamandau tak kunjung profit, ini penjelasan Direkturnya

id kabupaten lamandau,pdam lamandau,direktur pdam lamandau,Ahmad Saiful Anwar,PDAM Lamandau masih rugi

PDAM Lamandau tak kunjung profit, ini penjelasan Direkturnya

Kantor PDAM Tirta Dharma milik Pemerintah Kabupaten Lamandau. (Foto Antara Kalteng/Koko Sulistyo)

kami sudah berupaya menekan tunggakan rekening pelanggan, dan pada tahun 2017 tunggakan hanya tersisa sebesar 300 juta rupiah artinya pada tahun 2016 kita berhasil menagih sebesar 700 juta rupiah
Nanga Bulik (Antaranews Kalteng) - Tingkat kebocoran jaringan pipa transmisi (Distribusi) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Dharma Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah terbilang tinggi, bahkan diatas ambang batas yang diperbolehkan.

Ambang batas terhadap tingkat kebocoran pipa jaringan transmisi yang diperbolehkan hanya 20 persen, tapi yang terjadi masalah hampir mencapai 36 persen, kata Direktur PDAM Tirta Dharma Ahmad Saiful Anwar, di Kantor Bappeda setempat, Kamis.

"Kami belum ada profit dan salah satu penyebabnya adalah terjadinya kebocoran jaringan transmisi yang tinggi di bawah ambang batas yang diperbolehkan. Saat ini kita masih berupaya untuk mengurangi kebocoran tersebut," ujarnya.

Dijelaskan, kebocoran jaringan pipa transmisi terjadi akibat beberapa faktor diantaranya adalah pembangunan jalan yang berada di jalur jaringan sehingga menyebabkan pipa transmisi pecah.

Selain tingkat kebocoran yang tinggi, PDAM Tirta Dharma juga menghadapi kendala pada besarnya tunggakan rekening pelanggan PDAM. Untuk tahun 2016 tunggakan rekening pelanggan mencapai Rp 1 miliar serta masih rendahnya tarif yang berada di bawah pokok produksi dan tingginya biaya pemeliharaan jaringan.

"Walau begitu, kami sudah berupaya menekan tunggakan rekening pelanggan, dan pada tahun 2017 tunggakan hanya tersisa sebesar 300 juta rupiah artinya pada tahun 2016 kita berhasil menagih sebesar 700 juta rupiah," terangnya.

Saiful menekankan, dengan penyertaan modal 600 juta per tahun dan bila dihitung neraca rugi laba, sejatinya PDAM Tirta Dharma sudah profit. Namun setelah dimasukan nilai penyusutan aset yang dimiliki, maka kelihatan nilai kerugian PDAM.

Di mana penghitungan aset dalam sepuluh tahun atau setiap aset yang nilainya 10 miliar maka penyusutan aset mencapai Rp1 miliar per tahun. 

Ia berharap kedepannya agar PDAM dapat menyumbangkan pemasukan daerah maka pihaknya akan mengambil langkah strategis dengan menekan komponen biaya terutama menyangkut pemeliharaan dan biaya operasional serta meningkatkan kinerja yang lain terutama memaksimalkan tagihan tunggakan rekening pelanggan.

"Penyertaan modal 600 juta pertahun dan bila dihitung dari nilai investasi sebetulnya impas saja, kalau hanya untuk biaya operasional kita bisa mandiri, tapi kedepannya kita akan melakukan efisiensi dan meningkatkan kinerja dan pelayanan," demikian Saiful Anwar.