Jakarta (Antaranews Kalteng) - Kaum hawa banyak yang terkena penyakit ginjal kronik (PGK), dengan lebih dari 40 persen dari mereka melakukan dialisis, ungkap Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), dr. Aida Lydia, PhD., Sp.PD-KGH.
"Data internasional menunjukkan sekitar 195 juta perempuan di seluruh dunia menderita penyakit ginjal kronik, dengan 600 ribu kematian setiap tahunnya. Di Indonesia, pasien yang menjalani dialisis atau cuci darah sekitar 43,6 persennya adalah perempuan," ujar dia dalam konferensi pers "Ginjal & Kesehatan Perempuan", di Jakarta, Rabu.
Sejumlah kondisi yang menjadi faktor risiko terjadinya PGK pada perempuan antara lain banyaknya perempuan yang terkena lupus--penyakit autoimun yang dapat menyerang ginjal dan risiko menderita pre-eklampsia dan eklampsia selama kehamilan.
"Perempuan mengalami kehamilan. Saat kehamilan bisa mengalami komplikasi yang disebut pre-eklampsi dan eklampsi. Kondisi ini menyebabkan kematian. Kalau ibu hamil mengalami pre-eklampsi berisiko terkena PGK dan kalau dia mengalami terkena PGK duluan maka dia bersiko terkena pre-eklampsi. Kehamilan juga sering menyebabkan gangguan ginjal akut, kelainan hipertensi saat hamil," papar Aida.
Faktor lainnya adalah tingginya kejadian infeksi saluran kemih pada perempuan akibat struktur anatomi saluran kemih pada perempuan yang lebih pendek dari laki-laki.
"1 dari 3 orang mengalami gangguan saluran kemih. Kalau infeksi berulang, berisiko terkena PGK," tutur Aida.
Di samping itu, tingginya kejadian penyakit kanker serviks juga seringkali mengakibatkan gangguan fungsi ginjal pada perempuan.
Hanya saja, jumlah perempuan yang menjalani cuci darah rendah tergolong rendah, salah satunya karena perjalanan penyakit yang lebih lambat, ditambah rendahnya kesadaran akan penyakit ginjal sehingga mengakibatkan keterlambatan atau tidak dimulainya dialisis.
Berbeda dari penyakit lainnya, penyakit ginjal tak bergejala khas sehingga penangannya terlambat. Sebagian besar penderita gagal ginjal tidak menunjukkan gejala sampai mereka kehilangan fungsi ginjalnya sebanyak 90 persen.
"Keluhan timbul bila fungsi ginjal sudah amat rendah," kata Aida.
Namun, ada sejumlah tanda yang dicurigai antara lain tekanan darah tinggi, perubahan frekuensi buang air kecil dalam sehari, adanya darah dalam urin, mual, muntah dan bengkak terutama pada kaki dan pergelangan kaki.
Berita Terkait
Pj Bupati Pulpis minta perempuan terus tingkatkan potensi diri
Rabu, 18 Desember 2024 19:11 Wib
Tokoh pemberdayaan perempuan dapat angugerah dari PPLIPI terakit Inspiring Women
Rabu, 18 Desember 2024 9:30 Wib
DPR RI serukan peningkatan literasi digital bagi perempuan
Selasa, 17 Desember 2024 17:43 Wib
Polisi tangkap dua pemilik 99 gram sabu di Palangka Raya
Minggu, 15 Desember 2024 12:47 Wib
Peringati Hari Ibu, Pj Bupati sebut perempuan pilar utama pembangunan bangsa
Kamis, 12 Desember 2024 23:16 Wib
GOW Kobar kampanyekan stop kekerasan terhadap perempuan dan anak
Minggu, 8 Desember 2024 16:58 Wib
Dina Maulidah perempuan pertama jadi unsur pimpinan DPRD Murung Raya
Senin, 25 November 2024 16:37 Wib
DPRD Palangka Raya: Peran strategis perempuan memperkuat PEN
Rabu, 20 November 2024 9:04 Wib