Palangka Raya (ANTARA) - Kabut asap yang kian pekat akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) disebut tak pengaruhi aktivitas perdagangan di Provinsi Kalimantan Tengah, khususnya jual beli di sejumlah pasar modern maupun tradisional.
"Daya beli masyarakat tetap normal dan tidak ada terjadinya penurunan akibat kabut asap saat ini," kata Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kalteng Aster Bonawaty melalui Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri Jenta di Palangka Raya, Senin.
Ia menjelaskan, dalam beberapa waktu terakhir ada anggapan daya beli mengalami penurunan, itu memang benar jika dibandingkan dengan jelang hari-hari besar keagamaan. Namun jika daya beli menurun akibat kabut asap, hal tersebut tidaklah tepat.
Perbedaan daya beli yang menurun jika dibandingkan menjelang hari besar keagamaan adalah hal yang wajar dan kondisi itu sangatlah normal. Namun secara umum, berdasarkan pantauan yang pihaknya lakukan secara rutin, maka daya beli masyarakat saat ini masih cukup baik.
"Kalau disebut ada penurunan daya beli akibat kabut asap saya rasa tidak, sebab masyarakat tetap harus memenuhi kebutuhan pokok mereka, mulai dari beras, lauk pauk dan lain sebagainya," jelasnya kepada ANTARA.
Bahkan saat ini tidak ditemukan kelangkaan terhadap kebutuhan pokok, malah terjadi penurunan harga pada sejumlah komoditas. Salah satu yang paling menonjol adalah ayam potong, yakni berkisar antara Rp25.000-28 ribu per kilogram. Harga itu berada dibawah harga acuan yakni Rp32ribu/kg.
Kemudian untuk pendistribusian barang juga masih cukup lancar, karena sejumlah komoditas didatangkan melalui jalur darat yang sebelumnya melalui jalur perairan atau laut, yakni di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Sama seperti yang disampaikan oleh Disdagperin Kalteng, Ruzain salah seorang pedagang di Pasar Kahayan Palangka Raya mengaku kondisi kabut asap tidak memengaruhi daya beli masyarakat selama ini.
"Semuanya berjalan normal, termasuk daya beli masyarakat. Hanya saja memang kami merasa terganggu dengan kabut asap yang kian pekat, sebab membuat bernafas menjadi tidak nyaman," ungkapnya.
Sementara itu Nor Aini salah seorang pengunjung di Pasar Kahayan mengatakan, dirinya terpaksa pergi ke pasar seperti biasanya, sebab untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarganya dirumah.
Tidak seperti hari-hari biasanya, saat kabut asap yang kian pekat, dirinya terpaksa mengenakan masker saat berbelanja, sebab bangunan pasar yang terbuka mengakibatkan asap bisa masuk.
"Kami berharap kabut asap ini segera berakhir, karena sangat mengganggu. Bagaimana tidak, ke pasar pun harus mengenakan masker, sungguh tidak nyaman jika harus seperti ini terus," ucapnya.