Denpasar (ANTARA) - Dokter Penyakit Dalam RSUP Sanglah, Bali, Prof. Dr dr. Ketut Suastika, SpPD (KEMD) mengatakan penyakit diabetes memang berkaitan erat dengan kelebihan gula, namun yang menyebabkan kematian adalah adanya komplikasi dengan penyakit lainnya.
"Memang ada orang diabetes meninggal karena ketoasidosis yang artinya kegawatan diabetes. Tapi itu nggak banyak jumlahnya, yang banyak jumlahnya adalah yang berdampak dari komplikasi," katanya dalam kegiatan di The 6th Indonesian Health Economics Association (InaHEA) Annual Scientific Meeting (ASM), di Nusa Dua, Kamis.
Ia menjelaskan bahwa pasien diabetes memang ditandai oleh gula dan sering dikaitkan dengan obesitas, namun bisa menyebabkan kematian itu karena komplikasi seperti dengan hipertensi atau ginjal.
Ia mengatakan, diabetes dipengaruhi dua komponen yang paling penting yang juga terjadi di seluruh dunia, yakni disebabkan oleh pola makan yang berlebihan dan seberapa banyak kita lakukan latihan fisik sehingga biasanya dikaitkan dengan obesitas.
Ia mengingatkan bahwa jumlah penderita diabetes Indonesia cukup mengkhawatirkan dan masuk dalam deretan 10 besar di dunia,
"Jadi kita belakangan memang cenderung latihan fisiknya kurang dan pola makan juga mulai berubah saat ini, tidak kekurangan lagi dan malah jadi berlebihan. Ini bisa jadi pemicu," tambahnya.
Ia mengatakan, sekarang ini banyak orang muda yang obesitas sejak awal karena pola hidup.
"Kalau sudah ada usaha menurunkan berat badan dengan latihan fisik dan diet, ini bisa jadi cara mencegah komplikasi," ucapnya.
Selain itu, penyakit diabetes memang tidak memberikan gejala awal yang jelas, jika gula darahnya tinggi biasanya buang air kecilnya banyak, cepat haus, dan lesu.
Pihaknya menyayangkan masih ada yang tidak menyadari gejala awal ini dan membiarkannya terjadi, sehingga mengancam terjadinya komplikasi.
"Banyak sekali yang tidak sadar, dianggap biasa saja karena kelelahan, padahal kalau terus-menerus tidak peduli, maka nanti saat diperiksa pasti ada komplikasi," jelasnya.
Untuk mengenali gejala diabetes ini bisa dengan deteksi dini melalui Body Mass Index (BMI) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) untuk menentukan berat badan apakah tergolong normal atau masuk dalam kategori obesitas.
"Pakai meteran juga bisa, melingkar di pinggang di bawah pusar, kalau lebih dari 90 cm, untuk laki-laki sudah gemuk, kalau perempuan lebih dari 80 cm. Lingkar perut ini sering dihubungkan dengan diabetes dibandingkan sekedar indeks masa tubuh," kata dr. Suastika.
Kegiatan InaHEA ASM ini berlangsung selama tiga hari dari 6 sampai 8 November 2019, di Nusa Dua, Bali yang dihadiri oleh mahasiswa Kedokteran seluruh Indonesia.
Para narasumber memaparkan presentasinya terkait dengan penelitian-penelitian yang dilakukannya.
Berita Terkait
Awas! Kelebihan berat badan bisa tingkatkan komplikasi selama kehamilan
Minggu, 6 Oktober 2024 15:17 Wib
Awas! Penyintas demam berdarah miliki risiko komplikasi jantung lebih tinggi
Rabu, 28 Agustus 2024 9:38 Wib
Komplikasi penyakit degeneratif muncul 20 tahun kemudian
Rabu, 13 September 2023 17:19 Wib
Komplikasi radang amandel bisa sebabkan gangguan katup jantung
Rabu, 14 Desember 2022 13:22 Wib
Benarkah komplikasi varises bisa berujung serangan jantung hingga stroke?
Senin, 21 November 2022 17:31 Wib
Diabetes tak terkontrol bisa sebabkan gangguan gastroparesis
Jumat, 11 November 2022 15:05 Wib
Kenali bahaya komplikasi yang bisa muncul dari diabetes
Jumat, 4 November 2022 16:27 Wib
Kebersihan gigi dan mulut berpengaruh pada risiko komplikasi penyakit
Jumat, 14 Januari 2022 10:56 Wib