Lemkapi kecam anggapan terkait kasus terorisme direkayasa
"Kami melihat tuduhan adanya rekayasa keterlaluan. Itu pemikiran yang ngawur. Mana mungkin teror bisa direkayasa,"
Jakarta (ANTARA) - Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) mengecam sekelompok orang yang menganggap bahwa dua kasus terorisme yakni bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar dan penyerangan di Mabes Polri merupakan hasil rekayasa.
"Kami melihat tuduhan adanya rekayasa keterlaluan. Itu pemikiran yang ngawur. Mana mungkin teror bisa direkayasa," kata Direktur Eksekutif Lemkapi Dr Edi Hasibuan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Edi meminta masyarakat untuk tidak menyampaikan informasi yang menyesatkan karena dapat membingungkan masyarakat.
Baca juga: Masyarakat harus peka lingkungan sekitar cegah terorisme
"Semua bukti sangat jelas. Korbannya juga sangat jelas. Peristiwanya juga sangat jelas. Mana mungkin polisi bisa merekayasa," kata mantan anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) ini.
Dia mengajak masyarakat agar menyamakan pandangan bahwa terorisme adalah musuh negara dan masyarakat.
"Jangan kita biarkan teror terus bermunculan dan menimbulkan ketakutan di masyarakat. Kami ajak semua masyarakat melawan teror demi keamanan negeri kita" kata pakar hukum kepolisian dari Universitas Bhayangkara Jakarta ini.
Baca juga: Tim Densus 88 tangkap dua terduga teroris di Kudus
Dia juga menilai Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri dan seluruh jajaran Polri telah bekerja keras melakukan penegakan hukum dalam aksi teror.
"Mari kita dukung dedikasi dan loyalitas Polri yang siang malam bekerja demi melindungi masyarakat dari berbagai ancaman teror," katanya.
Sebelumnya, tindakan teror berupa bom bunuh diri terjadi di depan gerbang Gereja Katedral Hati Yesus Maha Kudus, Kota Makassar, pada Minggu (28/3).
Kejadian itu menyebabkan dua pelaku teror tewas di tempat, sementara 19 orang luka-luka.
Baca juga: Artikel - Mencermati keberadaan teroris di Kota Daeng
Hingga kini, polisi telah menangkap 23 orang terkait dengan bom bunuh diri yang dilakukan oleh pasangan suami isteri itu.
Mereka ditangkap di Makassar sebanyak 13 orang, lima orang ditangkap di Jakarta, Bekasi dan Bima, Nusa Tenggara Barat.
Pelaku yang diduga menjadi perakit bom ikut ditangkap.
Baca juga: Lagi, Densus 88 amankan 3 terduga teroris di Makassar
Pada Rabu (31/3), tindakan teror berupa penembakan oleh seorang perempuan terjadi di halaman Mabes Polri, Jakarta.
Pelaku, yang diyakini beraksi seorang diri (lone wolf) tewas tertembak di lokasi kejadian.
Polisi juga telah menangkap seseorang di Aceh karena menjual senjata via daring kepada wanita yang menyerang Mabes Polri.
Baca juga: Terduga teroris tembak petugas enam kali saat penyerangan di Mabes Polri
Baca juga: Pascapenembakan di Mabes Polri, rumah Kapolri dijaga ketat
Baca juga: Kominfo minta masyarakat tak sebarkan video serangan Mabes Polri
"Kami melihat tuduhan adanya rekayasa keterlaluan. Itu pemikiran yang ngawur. Mana mungkin teror bisa direkayasa," kata Direktur Eksekutif Lemkapi Dr Edi Hasibuan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Edi meminta masyarakat untuk tidak menyampaikan informasi yang menyesatkan karena dapat membingungkan masyarakat.
Baca juga: Masyarakat harus peka lingkungan sekitar cegah terorisme
"Semua bukti sangat jelas. Korbannya juga sangat jelas. Peristiwanya juga sangat jelas. Mana mungkin polisi bisa merekayasa," kata mantan anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) ini.
Dia mengajak masyarakat agar menyamakan pandangan bahwa terorisme adalah musuh negara dan masyarakat.
"Jangan kita biarkan teror terus bermunculan dan menimbulkan ketakutan di masyarakat. Kami ajak semua masyarakat melawan teror demi keamanan negeri kita" kata pakar hukum kepolisian dari Universitas Bhayangkara Jakarta ini.
Baca juga: Tim Densus 88 tangkap dua terduga teroris di Kudus
Dia juga menilai Detasemen Khusus 88 Anti Teror Polri dan seluruh jajaran Polri telah bekerja keras melakukan penegakan hukum dalam aksi teror.
"Mari kita dukung dedikasi dan loyalitas Polri yang siang malam bekerja demi melindungi masyarakat dari berbagai ancaman teror," katanya.
Sebelumnya, tindakan teror berupa bom bunuh diri terjadi di depan gerbang Gereja Katedral Hati Yesus Maha Kudus, Kota Makassar, pada Minggu (28/3).
Kejadian itu menyebabkan dua pelaku teror tewas di tempat, sementara 19 orang luka-luka.
Baca juga: Artikel - Mencermati keberadaan teroris di Kota Daeng
Hingga kini, polisi telah menangkap 23 orang terkait dengan bom bunuh diri yang dilakukan oleh pasangan suami isteri itu.
Mereka ditangkap di Makassar sebanyak 13 orang, lima orang ditangkap di Jakarta, Bekasi dan Bima, Nusa Tenggara Barat.
Pelaku yang diduga menjadi perakit bom ikut ditangkap.
Baca juga: Lagi, Densus 88 amankan 3 terduga teroris di Makassar
Pada Rabu (31/3), tindakan teror berupa penembakan oleh seorang perempuan terjadi di halaman Mabes Polri, Jakarta.
Pelaku, yang diyakini beraksi seorang diri (lone wolf) tewas tertembak di lokasi kejadian.
Polisi juga telah menangkap seseorang di Aceh karena menjual senjata via daring kepada wanita yang menyerang Mabes Polri.
Baca juga: Terduga teroris tembak petugas enam kali saat penyerangan di Mabes Polri
Baca juga: Pascapenembakan di Mabes Polri, rumah Kapolri dijaga ketat
Baca juga: Kominfo minta masyarakat tak sebarkan video serangan Mabes Polri