New York (ANTARA) - Euro dan sterling merosot terhadap dolar pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), ketika investor bertaruh suku bunga akan tetap lebih rendah lebih lama di Eropa dan Inggris, sementara mereka menantikan pertemuan kebijakan kebijakan moneter Federal Reserve AS minggu depan.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya menunjukkan kenaikan mingguan terkuatnya sejak awal Mei, terakhir naik 0,57 persen di 90,5810, sementara euro turun 0,63 persen pada 1,2099 dolar AS, di jalur penurunan mingguan terbesar sejak akhir April.
Sehari setelah Bank Sentral Eropa (ECB) tetap pada sikap dovish-nya, pembuat kebijakan ECB Klaas Knot mengatakan bahwa aturan fiskal yang fleksibel akan diperlukan selama bertahun-tahun ketika kebijakan moneter tetap dibatasi.
"Pembuat kebijakan ECB menunjukkan bahwa tingkat inflasi jauh di bawah tingkat yang diperlukan untuk memberikan dorongan kenaikan pada suku bunga," kata Karl Schamotta, kepala strategi pasar di Cambridge Global Payments di Toronto.
“Itu memotong reli euro baru-baru ini, memberikan tekanan turun padanya. Kontributor terbesar untuk pergerakan yang telah kita lihat semalam adalah pelemahan (euro) yang bertentangan dengan kekuatan positif dolar yang istimewa. Dolar memenangkan kontes kecantikan terbalik,” tambah Schamotta.
Sterling jatuh 0,54 persen pada 1,4098 dolar AS karena para pedagang khawatir tentang pertumbuhan yang lebih lambat dari perkiraan saat penyebaran cepat varian Delta di Inggris menimbulkan kekhawatiran bahwa sebagian besar negara mungkin tidak dapat sepenuhnya dibuka kembali dari penguncian terkait pandemi COVID-19 pada 21 Juni, seperti yang diharapkan sebelumnya.
Pasar mata uang telah lesu sepanjang minggu ini karena mengantisipasi rilis harga-harga konsumen AS pada Kamis (10/6), yang melonjak 5,0 persen secara tahun-ke-tahun pada Mei.
Tetapi, sekalipun dengan angka di atas ekspektasi, hanya ada sedikit reaksi pasar. Investor tampaknya mendukung pernyataan Federal Reserve bahwa inflasi yang tinggi akan bersifat sementara.
Ekonom memperkirakan bank sentral mengumumkan pada Agustus atau September strategi untuk mengurangi program pembelian obligasi besar-besaran, tetapi tidak memperkirakan untuk mulai memotong pembelian bulanan sampai awal tahun depan, jajak pendapat Reuters menemukan.
Para pedagang masih bersiap untuk volatilitas di sekitar pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang dijadwalkan minggu depan, menurut Greg Anderson, kepala strategi valuta asing global di BMO Capital Markets.
“Jika Anda memulai dari posisi short pada dolar, karena pertemuan FOMC sering kali memiliki banyak volatilitas, Anda mungkin harus mengurangi posisi short Anda untuk tujuan manajemen risiko,” kata Anderson.
Sementara itu, investor meninggalkan mata uang berisiko seperti dolar Australia, yang turun 0,72 persen pada 0,7697 dolar AS setelah mencapai level terendah minggu ini, sementara dolar Selandia Baru jatuh 1,01 persen pada 0,7123 dolar AS setelah menyentuh level terendah sejak 4 Mei.
Di pasar mata uang kripto, Bitcoin, yang sedikit pulih dalam sesi terakhir, berada di jalur untuk kenaikan mingguan 3,0 persen dan bertahan naik 0,3 persen pada 36,817,94 dolar AS pada hari itu. Ether terakhir merosot 3,0 persen dan ditetapkan untuk penurunan mingguan 11,7 persen. Keduanya masih diperdagangkan secara signifikan di bawah tertinggi sebelumnya.
Penerjemah: Apep Suhendar
Berita Terkait
Kurs rupiah Rabu pagi naik 55 poin
Rabu, 24 April 2024 11:30 Wib
Bologna naik posisi keempat usai hajar AS Roma
Selasa, 23 April 2024 8:54 Wib
Kurs rupiah Senin pagi naik 45 poin
Senin, 22 April 2024 10:00 Wib
Harga emas Antam kembali naik Rp10,000 per gram
Jumat, 19 April 2024 9:19 Wib
Penumpang bus arus balik Lebaran di Sampit naik tipis
Jumat, 19 April 2024 7:14 Wib
Harga emas Antam merangkak naik Rp6.000 per gram
Selasa, 16 April 2024 11:15 Wib
Harga emas Antam naik capai Rp1,315 juta per gram
Senin, 15 April 2024 9:45 Wib
Newcastle United naik peringkat usai hajar Tottenham
Sabtu, 13 April 2024 22:17 Wib