Facebook ditekan untuk atasi hoaks vaksin COVID-19
Jakarta (ANTARA) - Jaksa di 14 negara bagian Amerika Serikat menyurati CEO Facebook, Mark Zuckerberg untuk meminta penjelasan apakah penyebar hoaks vaksin COVID-19 mendapat perlakuan khusus dari platform tersebut.
Dalam surat tersebut, 14 jaksa Demokrat menyatakan "sangat khawatir" tentang laporan bahwa Facebook memiliki sekumpulan nama yang mendapatkan perlakuan khusus. Mereka ingin tahu apakah "Disinformation Dozen" termasuk dalam kelompok tersebut, dikutip dari Reuters, Jumat.
Jaksa yang mengirim surat tersebut berasal dari Connecticut, California, Delaware, Illinois, Iowa, Maine, Massachusetts, Michigan, Minnesota, Maryland, Pennsylvania, Rhode Island, Vermont dan Virginia.
Lembaga Center for Countering Digital Hate menjuluki 12 orang anti-vaksin sebagai "Disinformation Dozen", mereka bertanggung jawab atas dua pertiga penyebaran konten anti-vaksin di media sosial.
Permintaan ini keluar setelah Frances Haugen, mantan karyawan di Facebook, membocorkan dokumen internal yang menunjukkan bahwa media sosial tersebut memiliki sistem yang membebaskan akun milik tokoh terkenal dari aturan platform.
Haugen masih menyimpan puluhan ribu dokumen rahasia dan meminta Facebook untuk bersikap transparan tentang bagaimana mereka memikat pengguna.
Juru bicara Facebook, Alex Burgos, menyatakan platform menghapus lebih dari tiga lusin grup, laman dan akun Instagram maupun Facebook, yang berhubungan dengan 12 orang tersebut, atau salah satu dari 12 orang itu.
Facebook juga memberikan penalti kepada beberapa domain situs mereka.
Dalam surat tersebut, 14 jaksa Demokrat menyatakan "sangat khawatir" tentang laporan bahwa Facebook memiliki sekumpulan nama yang mendapatkan perlakuan khusus. Mereka ingin tahu apakah "Disinformation Dozen" termasuk dalam kelompok tersebut, dikutip dari Reuters, Jumat.
Jaksa yang mengirim surat tersebut berasal dari Connecticut, California, Delaware, Illinois, Iowa, Maine, Massachusetts, Michigan, Minnesota, Maryland, Pennsylvania, Rhode Island, Vermont dan Virginia.
Lembaga Center for Countering Digital Hate menjuluki 12 orang anti-vaksin sebagai "Disinformation Dozen", mereka bertanggung jawab atas dua pertiga penyebaran konten anti-vaksin di media sosial.
Permintaan ini keluar setelah Frances Haugen, mantan karyawan di Facebook, membocorkan dokumen internal yang menunjukkan bahwa media sosial tersebut memiliki sistem yang membebaskan akun milik tokoh terkenal dari aturan platform.
Haugen masih menyimpan puluhan ribu dokumen rahasia dan meminta Facebook untuk bersikap transparan tentang bagaimana mereka memikat pengguna.
Juru bicara Facebook, Alex Burgos, menyatakan platform menghapus lebih dari tiga lusin grup, laman dan akun Instagram maupun Facebook, yang berhubungan dengan 12 orang tersebut, atau salah satu dari 12 orang itu.
Facebook juga memberikan penalti kepada beberapa domain situs mereka.