Jakarta (ANTARA) - Rewel adalah cara anak berkomunikasi kepada orang sekitarnya, dia mengekspresikan perasaan entah lewat senyum atau tangisan yang disebabkan rasa tidak nyaman.
"Rewel karena tidak aman, tidak nyaman, kena serangga, sakit badan, ada hal-hal yang tidak dipenuhi," kata dokter Yudhi Gejali, pegiat akupunktur pediatri, dalam konferensi pers daring, Kamis (31/3).
Ketika anak rewel, sebaiknya orangtua segera mencari tahu penyebabnya, bukan menunggu beberapa lama hingga anak berhenti rewel. Orangtua yang sedang mengasuh bayi, yang cara berkomunikasinya terbatas, harus betul-betul waspada ketika tangisan anak terdengar melengking tinggi. Sebab, ada kemungkinan dia mengalami rasa sakit atau merasa dalam bahaya.
Periksa kondisinya, cek suhu tubuhnya, periksa apakah ada luka, memar, kemerahan atau popoknya basah.
Jangan biarkan anak menangis terus tanpa ditenangkan, sebab hormon kortisol alias hormon stres anak akan meningkat. Akibatnya, kualitas tidur anak menurun, daya tahan tubuhnya terganggu dan pada akhirnya tumbuh kembang mereka tidak maksimal.
Sebaliknya, anak yang tenang dan bahagia akan punya kualitas tidur baik, nafsu makan yang baik dan tumbuh kembangnya optimal.
Orang-orang menyebut istilah "bau tangan" untuk bayi yang terlalu sering digendong, sebab dikhawatirkan mereka akan manja dan tidak mau dibaringkan.
Menurut Yudhi, anak memang mengandalkan penciuman, jadi mereka kenal seperti apa aroma orang terdekat yang membuatnya nyaman. Rasa gelisah bisa muncul ketika sudah terbiasa dengan aroma tertentu, misalnya aroma ibu, tapi kemudian aroma tersebut menghilang.
Aroma bisa memicu memori tertentu, seperti aroma ibu yang mengingatkan terhadap momen ketika anak merasa dibanjiri cinta dan kasih.
Tenangkan diri
Sebelum menenangkan anak, pengasuh harus berada dalam kondisi tenang. Sebab, menurut Yudhi, sentuhan kita akan memancarkan energi yang bisa dirasakan anak.
Ketika orangtua sedang gundah, rasa tak nyaman itu pun bisa "tertular" kepada anak. Maka, belajarlah dulu cara menenangkan diri sendiri. Hal penting lainnya adalah belajar menyentuh dengan tenang, lembut dan dari hati.
Psikolog Saskhya Aulia Prima dari Universitas Indonesia menuturkan, wajar bila pengasuh atau orangtua merasa ikut cemas ketika anak merasa rewel. Sebab, ada peningkatan aktivitas di amigdala, bagian otak yang berkaitan dengan emosi. Orangtua juga merasakan urgensi saat mendengar tangis anak karena hormon oksitosin. Kemudian, bagian otak terkait pergerakan, pemrosesan rangsangan dan pengasuhan menjadi aktif.
"Memang 'dari sananya' jadi ada urgensi kalau dengan anak nangis, otomatis jadi cemas, tapi itu harus dikontrol," jelas Saskhya.
Jika kecemasan pengasuh tidak dikontrol, sulit untuk menenangkan anak sebab buah hati juga terpengaruh oleh suasana hati orangtuanya. Suasana hati anak bisa terpengaruh saat melihat bagaimana ekspresi dan nada suara orangtuanya.
Anak pun serupa seperti spons yan gmenyerap kondisi lingkungan serta merespons orang di sekitarnya. Anak pun mengetahui apa yang terjadi di dunia dengan melihat reaksi orangtua mereka.
Maka, hal pertama yang patut diketahui orangtua adalah mengetahui bagaimana kondisi emosi dan tak sungkan untuk meminta atau menerima bantuan dari orang sekitar. Orangtua perlu memahami, apa yang harus dilakukan ketika emosinya memuncak agar bisa kembali tenang. Sebab, manusia yang sedang emosi tak bisa berpikir jernih.
Tetapkan pula batasan dan bagilah tanggung jawab bersama suami. Ada ibu-ibu yang bisa menghabiskan 24 jam bersama anak, tetapi ada juga yang butuh selingan beberapa jam sehari dengan aktivitas lain agar hati bisa tentram. Cari tahu mana yang membuat Anda bahagia, lalu terapkan hal tersebut.
Pastikan ibu punya lingkungan yang mendukung, seperti suami yang berbagi tugas untuk mengasuh anak, atau bantuan dari anggota keluarga lain.
Orangtua juga bisa mencari dukungan lain dengan bergabung ke dalam perkumpulan orang tua untuk berbagi cerita atau saran dalam mengasuh anak.
"Jangan lupa olahraga dan makan sehat walau hanya aktivitas kecil," ujar dia, menambahkan hormon-hormon dipengaruhi olahraga dan makanan sehingga mental lebih sehat.
Penting juga untuk merawat diri sendiri, menyempatkan waktu untuk mengapresiasi diri sendiri.
Berita Terkait
Lakukan ini sebelum tangani anak tantrum
Jumat, 25 November 2022 11:40 Wib
Istri Ridwan Kamil merilis buku bantu anak pahami emosi
Kamis, 10 November 2022 13:40 Wib
Ternyata ini cara terbaik tenangkan bayi
Jumat, 16 September 2022 18:43 Wib
Tips menyusui 'bebas drama' pada hari-hari awal si kecil
Jumat, 25 Maret 2022 16:03 Wib
Tips bawa anak liburan tanpa drama
Kamis, 17 Januari 2019 16:02 Wib
Ronaldo Tak Rewel Soal Makanan
Rabu, 26 Juni 2013 12:30 Wib