Sampel Chang'e-5 beberkan bagaimana vulkanisme terjadi di Bulan
Beijing (ANTARA) - Satu tim China yang menganalisis sampel-sampel bebatuan Bulan hasil dari misi Chang'e-5 China mengungkap mekanisme baru tentang bagaimana gunung-gunung berapi muda terbentuk di Bulan yang mendingin sejak 2 miliar tahun silam.
Para ilmuwan sebelumnya berspekulasi bahwa unsur radioaktif atau kandungan air yang tinggi di interior Bulan mungkin mengakibatkan vulkanisme pada tahap akhir kehidupan Bulan. Namun, data Chang'e-5 menemukan adanya daerah sumber mantel Bulan kering dan minim mengandung zat penghasil panas.
Penelitian yang diterbitkan pada Sabtu (22/10) di jurnal Science Advances ini menunjukkan bahwa penurunan titik leleh mantel yang disebabkan oleh komponen-komponen yang mudah meleleh dan melebur dapat menghasilkan vulkanisme Bulan muda.
Para peneliti dari Institut Geologi dan Geofisika Akademi Ilmu Pengetahuan China (Institute of Geology and Geophysics of the Chinese Academy of Sciences/IGGCAS) mengkaji 27 basalt clast dari Chang'e-5 untuk mengalkulasi unsur asli sampel-sampel tersebut.
Mereka menemukan bahwa magma muda sumber Chang'e-5 mungkin memiliki kandungan kalsium oksida dan titanium dioksida yang lebih tinggi daripada magma pada sampel-sampel lebih tua yang dibawa pulang oleh misi Apollo.
Wahana antariksa Chang'e-5 China secara mengejutkan mengungkap aktivitas vulkanis muda hanya berusia 2 miliar tahun, yang membantah teori bahwa Bulan secara geologis telah mati usai pembentukan sampel Apollo setidaknya 3 miliar tahun yang lalu.
"Pelelehan mantel Bulan baru-baru ini dapat terjadi karena kenaikan suhu atau penurunan titik leleh," kata penulis korespondensi penelitian itu, Chen Yi, yang juga peneliti di IGGCAS.
Tim ilmuwan mengusulkan teori bahwa komponen-komponen yang mudah melebur yang ditambahkan ke interior Bulan secara efisien menurunkan titik lebur mantel dan karenanya memicu vulkanisme Bulan muda.
"Kami menemukan bahwa magma Chang'e-5 diproduksi pada kedalaman yang sama, tetapi 80 derajat Celsius lebih dingin daripada magma Apollo yang lebih tua," kata Su Bin, penulis kepala penelitian ini yang juga peneliti di IGGCAS.
"Ini berarti mantel Bulan mengalami pendinginan yang lambat dan terus-menerus sebesar 80 derajat Celsius dari sekitar 3 miliar tahun hingga 2 miliar tahun yang lalu," kata Su.
Menurut para peneliti. hasil penelitian ini menyajikan bukti untuk mekanisme yang layak dalam menjelaskan vulkanisme muda di Bulan yang sesuai dengan sampel Chang'e-5 yang dibawa pulang ke Bumi baru-baru ini,
"Penelitian ini dapat membantu para ilmuwan planet untuk lebih memahami evolusi termal dan magmatik Bulan," demikian Chen Yi.
Para ilmuwan sebelumnya berspekulasi bahwa unsur radioaktif atau kandungan air yang tinggi di interior Bulan mungkin mengakibatkan vulkanisme pada tahap akhir kehidupan Bulan. Namun, data Chang'e-5 menemukan adanya daerah sumber mantel Bulan kering dan minim mengandung zat penghasil panas.
Penelitian yang diterbitkan pada Sabtu (22/10) di jurnal Science Advances ini menunjukkan bahwa penurunan titik leleh mantel yang disebabkan oleh komponen-komponen yang mudah meleleh dan melebur dapat menghasilkan vulkanisme Bulan muda.
Para peneliti dari Institut Geologi dan Geofisika Akademi Ilmu Pengetahuan China (Institute of Geology and Geophysics of the Chinese Academy of Sciences/IGGCAS) mengkaji 27 basalt clast dari Chang'e-5 untuk mengalkulasi unsur asli sampel-sampel tersebut.
Mereka menemukan bahwa magma muda sumber Chang'e-5 mungkin memiliki kandungan kalsium oksida dan titanium dioksida yang lebih tinggi daripada magma pada sampel-sampel lebih tua yang dibawa pulang oleh misi Apollo.
Wahana antariksa Chang'e-5 China secara mengejutkan mengungkap aktivitas vulkanis muda hanya berusia 2 miliar tahun, yang membantah teori bahwa Bulan secara geologis telah mati usai pembentukan sampel Apollo setidaknya 3 miliar tahun yang lalu.
"Pelelehan mantel Bulan baru-baru ini dapat terjadi karena kenaikan suhu atau penurunan titik leleh," kata penulis korespondensi penelitian itu, Chen Yi, yang juga peneliti di IGGCAS.
Tim ilmuwan mengusulkan teori bahwa komponen-komponen yang mudah melebur yang ditambahkan ke interior Bulan secara efisien menurunkan titik lebur mantel dan karenanya memicu vulkanisme Bulan muda.
"Kami menemukan bahwa magma Chang'e-5 diproduksi pada kedalaman yang sama, tetapi 80 derajat Celsius lebih dingin daripada magma Apollo yang lebih tua," kata Su Bin, penulis kepala penelitian ini yang juga peneliti di IGGCAS.
"Ini berarti mantel Bulan mengalami pendinginan yang lambat dan terus-menerus sebesar 80 derajat Celsius dari sekitar 3 miliar tahun hingga 2 miliar tahun yang lalu," kata Su.
Menurut para peneliti. hasil penelitian ini menyajikan bukti untuk mekanisme yang layak dalam menjelaskan vulkanisme muda di Bulan yang sesuai dengan sampel Chang'e-5 yang dibawa pulang ke Bumi baru-baru ini,
"Penelitian ini dapat membantu para ilmuwan planet untuk lebih memahami evolusi termal dan magmatik Bulan," demikian Chen Yi.