BMKG: Kondisi panas di Kobar bukan karena gelombang panas

id BMKG: Kondisi panas di Kobar bukan karena gelombang panas, kalteng, kobar, Kotawaringin Barat, el nino

BMKG: Kondisi panas di Kobar bukan karena gelombang panas

Kepala BMKG Kelas III Pangkalan Bun Kotawaringin Barat, Aqil Ihsan. ANTARA/M Husein Asyari

Pangkalan Bun  (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas III Iskandar Pangkalan Bun, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah menjelaskan bahwa cuaca yang cukup panas saat ini di daerah itu bukan disebabkan gelombang panas.

"Beberapa hari ini memang banyak ramai soal cuaca yang sangat panas, ada yang bilang karena gelombang panas, namun sebenarnya bukan karena gelombang panas, tetapi karena kondisi di daerah kita ini memang ada beberapa hari tertentu yang panas," kata Kepala BMKG Pangkalan Bun, Aqil Ihsan di Pangkalan Bun, Rabu.

Aqil menjelaskan, untuk kondisi suhu maksimum di Indonesia hanya 34 derajat celsius sampai 36 derajat celsius saja tidak lebih dari itu. Untuk kondisi panas di bulan April ini terjadi karena disebabkan memasuki musim kemarau.

"Suhu panas di wilayah kita karena adanya fenomena dari gerak semu matahari yang merupakan satu siklus yang biasa, bahkan bisa terjadi setiap tahun. Sehingga potensi suhu udara panas seperti ini bisa berulang, dan untuk kondisi suhu panas di wilayah Kabupaten Kobar ini maksimumnya 34,8 C selama bulan April, kemarin, " jelas Aqil.

Aqil juga menjelaskan, suhu panas yang terjadi di Kabupaten Kobar juga merupakan akibat akan terjadinya pergantian musim, yaitu dari musim penghujan ke musim kemarau.

Baca juga: Masyarakat Kobar diminta tidak terprovokasi hoax

"Di Indonesia ini kan hanya ada dua musim, yaitu musim penghujan dan musim panas, dan kondisi panas sekarang ini  karena di wilayah kita memang mau memasuki musim Kemarau," ungkapnya .

Aqil menyampaikan, untuk musim kemarau pada 2023 di wilayah Kalimantan Tengah, diperkirakan puncaknya akan terjadi pada Juli hingga bulan Agustus nanti.

"Bila sudah memasuki musim kemarau ini, ada beberapa yang harus di waspadai, salah satunya terjadinya kebakaran hutan dan lahan," ucapnya. 

Maka dengan itu, cuaca ekstrem seperti panas yang meningkat dan kekeringan sangat rawan terjadi. Oleh karena itu perlu adanya langkah-langkah penyesuaian salah satunya di sektor pertanian seperti penggunaan teknologi irigasi modern, konservasi air dan penanaman tanaman yang tahan saat kekeringan. 

"Terus waspada dan antisipasi terjadinya karhutla saat memasuki musim kemarau seperti saat ini," demikian Aqil. 

Baca juga: Program PBLHS DLH Kobar ajak pelajar peduli lingkungan

Baca juga: Polisi amankan 5 kg lebih sabu di Pangkalan Bun

Baca juga: Jambore UMKM Kalteng 2023 di Pangkalan Bun diundur jadi 11 Mei