Jakarta (ANTARA) - Bayern Muenchen kalah 1-3 melawan RB Leipzig di hadapan suporter mereka sendiri dalam lanjutan Bundesliga atau Liga Jerman di Allianz Arena, Sabtu malam WIB.
Klub berjuluk FC Hollywood itu kini memainkan babak drama getir karena terancam tak dapat mengangkat trofi Bundesliga yang selama ini telah mereka rayakan dalam sepuluh musim beruntun.
Tak hanya di situ, seusai gagal di Liga Champions dan DFB Pokal, praktis klub Bavarians itu bakal gigit jari karena bisa saja tidak memenangkan satu pun trofi di musim ini.
Babak baru dari drama di klub berjuluk Die Roten itu juga tergantung pada kompetitor terdekat sekaligus sang rival abadi Borussia Dortmund yang masih menyisakan dua laga yang belum dimainkan di Bundesliga.
Borussia Dortmund dapat menjadi antagonis bagi Bayern Muenchen apabila berhasil mengumpulkan enam poin penuh saat melawan Augsburg (malam nanti pukul 22.30 WIB) dan FSV Mainz (27/5).
Bayern Muenchen dengan koleksi 68 poin, kini berada di puncak klasemen namun gagal memperlebar selisih satu poin dari Dortmund yang masih memiliki satu pertandingan yang belum dimainkan.
FC Hollywood sejatinya tampil inkonsisten sejak penunjukan pelatih baru Thomas Tuchel pada Maret lalu. Selain langsung tersingkir dari DFB Pokal melawan Freidburg, Thomas Tuchel gagal mempertahankan delapan kemenangan beruntun Die Roten di Liga Champions dan kandas di babak perempat final melawan Manchester City.
Penunjukan Thomas Tuchel tak seperti mimpi indah dari jajaran manajer FC Hollywood yang berambisi merengkuh treble winner atau tiga trofi major dalam satu musim.
Selanjutnya: Tuchel gagal kuasai ruang ganti
Gagal kuasai ruang ganti
Tuchel memang taktikal yang bisa meramu berbagai strategi, tetapi manajer Bayern Muenchen lupa akan problema dari pelatih asal Jerman itu di klub-klub sebelumnya yang gagal menguasai ruang ganti pemain.
Di klub sebelumnya bersama dengan Paris Saint Germain (PSG) yang notabene diisi oleh skuad penuh dengan mega bintang, Tuchel kerap bersitegang dengan para pemainnya.
Secara terang-terangan ke media Tuchel memang mengatakan tidak mudah mengatur pemain sekaliber Neymar Jr dan Kylian Mbappe dalam satu tim.
"Tidak mudah untuk mengaturnya (Neymar) sama sekali!" kata Tuchel pada 26 November 2019.
Lalu di Bayern Muenchen, belum genap melatih selama sebulan, Tuchel yang meramu skuad mewah dihadapkan pada pertikaian antara pemainnya sendiri, Sadio Mane dan Leroy Sane seusai laga perempat final melawan Manchester City (12/4).
Apalagi sepeninggalan mantan pelatih Julian Nagelsmann, ruang ganti Bayern tidak begitu kondusif karena kapten tim Manuel Neuer mempertanyakan kebijakan Nagelsmann yang mengganti pelatih kiper Bayern Toni Tapalovic.
Krisis kepercayaan dari para pemain dan pihak manajemen kepada Nagelsmann justru kini tampak semakin diperkeruh oleh kepemimpinan Tuchel karena minimnya prestasi yang tak sesuai target.
Selanjutnya: Tuchel kurang bisa manfaatkan kedalaman tim
Kurang bisa manfaatkan kedalaman tim
Penyebab kemerosotan Bayern Muenchen di era Tuchel yang paling mencolok nampak dari hasil di atas lapangan. Dari delapan pertandingan di Bundesliga, Bayern memperoleh hasil lima kemenangan, satu seri dan dua kekalahan.
Performa inkonsisten itu gagal membuat Bayern memperlebar jarak dari Dortmund. Padahal secara terangan-terangan CEO Bayern Muenchen Oliver Kahn mengungkap bahwa pemecatan Nagelsmann didasari atas performa Bayern yang kurang sejak bulan Januari.
"Kualitas skuad kami semakin jarang terlihat. Sejak Januari kami bermain kurang sukses dan atraktif," ungkap Oliver Kahn (25/3).
PR itu nampak tak dapat diselesaikan oleh Tuchel musim ini. Tuchel sering kecolongan dalam penentuan starting line-up terutama di laga-laga krusial.
Misalnya saja ia tetap memasukkan bek Dayot Upamecano di starting line-up pada leg kedua perempat final Liga Champions melawan Manchester City. Padahal di leg pertama, Upamecano sering membuat kesalahan yang berujung gol. Bahkan di leg kedua Upamecano masih saja membuat kesalahan dengan melakukan handball di kotak penalti.
Pemain muda potensial Jamal Musiala juga menunjukkan performa yang menurun di tangan Tuchel. Musiala silih berganti memainkan posisi winger atau peran reumdauter yang biasanya diisi oleh Thomas Muller tapi tidak terlihat efektif.
Sejumlah pemain bintang seperti Sadio Mane dan Joao Cancelo yang justru menjadi penghangat bangku cadangan karena jarang diberi kesempatan menit bermain oleh Tuchel selama ini.
Cedera panjang yang menerpa beberapa pemain pilar seperti Manuel Neuer dan Lucas Hernandez seharusnya tidak terlalu berpengaruh terhadap performa tim, karena pihak manajemen mendatangkan pemain-pemain backup yang berkualitas seperti kiper Yann Sommer, Daley Blind atau Joao Cancelo.
Drama dari FC Hollywood bakal berujung seperti apa kini hanya tergantung Dortmund dan bagaimana Tuchel mengevaluasi kinerjanya dan memanfaatkan potensi pemain untuk satu pertandingan yang tersisa di Bundesliga.
Atau malah pihak manajemen Bayern Muenchen mengambil langkah instan kembali dengan memecat pelatih karena performa yang buruk dan kandas dalam perburuan gelar.
Seperti dalam tradisi The Bavarians dengan pelatih-pelatih sebelumnya yang mengambil langkah pemecatan kepada pelatih yang gagal membawa tim menorehkan prestasi di Liga Champions. Selain Julian Nagelsmann, nama Niko Kovac telah lebih dulu dipecat karena dianggap kurang performanya di Bundesliga maupun Liga Champions.
Ibarat sebuah panggung sandiwara, Bayern Muenchen yang nyaris selalu sukses menjadi raja dalam sejarah Bundesliga, di tangan Tuchel justru menjadi aktor yang bakal memainkan satu babak solilokui mengenai satu kisah drama di ujung tanduk pada musim ini.