Cerita Ganjar soal milenial tak mau masuk parpol, tapi tertarik jadi presiden

id Ganjar Pranowo,milenial,Pemilu 2024,Kalteng,Ganjar

Cerita Ganjar soal milenial tak mau masuk parpol, tapi tertarik jadi presiden

Bakal Capres Ganjar Pranowo usai acara "Pidato Calon Presiden Republik Indonesia: Arah dan Strategi Politik Luar Negeri" di Kantor CSIS, Jakarta, Selasa (7/11/2023). (ANTARA/Narda Margaretha Sinambela)

Jakarta (ANTARA) - Bakal calon presiden Ganjar Pranowo bercerita soal fenomena anak muda atau milenial yang tidak mau berkecimpung dalam partai politik, akan tetapi mereka justru tertarik menjadi wali kota hingga presiden.

"Saya beraktivitas di politik ada unsur hobinya di situ karena waktu mahasiswa suasana anak mudanya membahana," ujar Ganjar dalam acara "Pidato Calon Presiden Republik Indonesia: Arah dan Strategi Politik Luar Negeri" di Kantor CSIS, Jakarta, Selasa.

Awalnya mantan Gubernur Jawa Tengah itu mengaku sudah terjun ke dunia politik sejak menjadi mahasiswa karena setiap kali melakukan unjuk rasa tidak pernah mendapatkan respons yang baik.

Hal inilah yang membuat Ganjar bergabung ke Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang kini telah menjadi PDI Perjuangan.

"Itu saya sampaikan kepada anak-anak muda yang banyak sekali tidak tertarik pada partai politik karena wajah partai politik sering kali menjadi ya banyak catatanlah begitu," katanya.

Kendati demikian, hal itu merupakan tantangan dan pilihan. Oleh karena itu, saat dirinya bertanya kepada anak muda tertarik atau tidak masuk parpol, ternyata banyak yang tidak tertarik.

Lalu, saat ditanya tertarik atau tidak menjadi pejabat daerah, ternyata banyak yang tertarik.

"Sehingga pada saat saya menyampaikan kepada anak-anak muda, apakah kamu tertarik pada partai politik untuk bergabung? Ternyata sebagian tidak. Tapi, ketika saya tanya apakah kamu tertarik jadi bupati atau wali kota, tertarik jadi gubernur, tertarik jadi presiden? Mereka tertarik," ungkap Ganjar.

Menurut Ganjar, pilihan anak muda dalam berpolitik harus diterima lapang dada. Ia pun berharap para senior elite partai dapat mengedukasi anak muda terkait pentingnya berproses dalam berpolitik.

"Tugas kita yang lebih senior untuk memberikan edukasi kepada mereka bahwa proses itu penting, termasuk bagaimana memahami proses dalam politik luar negeri kita. Sehingga kita boleh punya kepentingan nasional, tetapi kita tidak bisa mengabaikan karena kita hidup jadi bagian dari dunia," katanya.