Indonesia janjikan permudah regulasi bisnis usai bertemu investor China
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Republik Indonesia (RI) akan terus mendorong kemudahan masuknya investasi ke dalam negeri melalui penyederhanaan regulasi, kata Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) Yasonna Laoly saat pertemuan dengan sejumlah investor dan regulator dari Provinsi Zhejiang, China, di Jakarta belum lama ini.
Yasonna menjelaskan bahwa Indonesia membutuhkan peningkatan investasi, salah satunya dari investor China, untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang saat ini cukup tinggi, dengan demikian Indonesia diharapkan bisa menjadi negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia pada 2050.
Rombongan pemerintah RI belum lama ini juga berkunjung ke China dan memastikan kepada para investor bahwa iklim investasi akan terus dipertahankan kondusif dan mempermudah regulasi bisnis.
Dia menerangkan bahwa pemerintah telah mendorong kemudahan berbisnis di Indonesia, salah satunya melalui penyederhanaan regulasi. Pada 2016, sekitar 3.000 peraturan daerah dipangkas, termasuk kebijakan imigrasi yang dipermudah dan mendukung, sehingga para profesional dari luar negeri bisa memperoleh akses seperti perbankan, pembelian properti atau investasi dalam jumlah besar.
"Pemerintah Indonesia akan terus menyempurnakan kebijakan dan regulasi untuk mendukung dan memfasilitasi kemudahan usaha," ujar Yasonna dalam pidatonya di acara Konferensi Pertukaran Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan China (Zhejiang)-Indonesia di Jakarta pada Selasa.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sakti Wahyu Trenggono yang hadir sebagai salah satu tamu dalam acara tersebut menginginkan kerja sama Indonesia dan Provinsi Zhejiang bisa terus ditingkatkan, khususnya di bidang perikanan.
Dia mendorong investasi lebih besar di sektor hilirisasi perikanan seperti pengolahan ikan dan rumput laut. Tujuannya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan protein domestik, tetapi juga bagi masyarakat China dan internasional.
Hubungan Indonesia dengan Provinsi Zhejiang telah berkembang pesat. Perwakilan dari Departemen Perdagangan Provinsi Zhejiang Han Jie mengatakan investor dari Zhejiang telah menanamkan modal di sekitar 211 perusahaan Indonesia, beberapa di sektor hilirisasi mineral seperti Tsingshan dan Huayou serta semen seperti Red Lion.
"Investasi ini menciptakan puluhan ribu lapangan kerja, berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi lokal dan menjadi model kerja sama yang saling menguntungkan bagi Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) antara China dan Indonesia," kata Han.
Perwakilan Kementerian Investasi/BKPM RI yang hadir dalam konferensi tersebut mengatakan China menjadi negara terbesar kedua penyumbang investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) sepanjang tiga kuartal tahun ini. Nilai tersebut belum termasuk investasi dari pemodal China yang tidak sedikit juga masuk ke Indonesia melalui negara ketiga seperti Singapura.
Provinsi Zhejiang, yang teletak di pesisir timur daratan China, merupakan salah satu provinsi termaju di China, dengan Produksi Demestik Bruto (PDB) tahun 2022 mencapai 7.77 triliun yuan.
Yasonna menjelaskan bahwa Indonesia membutuhkan peningkatan investasi, salah satunya dari investor China, untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang saat ini cukup tinggi, dengan demikian Indonesia diharapkan bisa menjadi negara dengan perekonomian terbesar keempat di dunia pada 2050.
Rombongan pemerintah RI belum lama ini juga berkunjung ke China dan memastikan kepada para investor bahwa iklim investasi akan terus dipertahankan kondusif dan mempermudah regulasi bisnis.
Dia menerangkan bahwa pemerintah telah mendorong kemudahan berbisnis di Indonesia, salah satunya melalui penyederhanaan regulasi. Pada 2016, sekitar 3.000 peraturan daerah dipangkas, termasuk kebijakan imigrasi yang dipermudah dan mendukung, sehingga para profesional dari luar negeri bisa memperoleh akses seperti perbankan, pembelian properti atau investasi dalam jumlah besar.
"Pemerintah Indonesia akan terus menyempurnakan kebijakan dan regulasi untuk mendukung dan memfasilitasi kemudahan usaha," ujar Yasonna dalam pidatonya di acara Konferensi Pertukaran Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan China (Zhejiang)-Indonesia di Jakarta pada Selasa.
Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sakti Wahyu Trenggono yang hadir sebagai salah satu tamu dalam acara tersebut menginginkan kerja sama Indonesia dan Provinsi Zhejiang bisa terus ditingkatkan, khususnya di bidang perikanan.
Dia mendorong investasi lebih besar di sektor hilirisasi perikanan seperti pengolahan ikan dan rumput laut. Tujuannya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan protein domestik, tetapi juga bagi masyarakat China dan internasional.
Hubungan Indonesia dengan Provinsi Zhejiang telah berkembang pesat. Perwakilan dari Departemen Perdagangan Provinsi Zhejiang Han Jie mengatakan investor dari Zhejiang telah menanamkan modal di sekitar 211 perusahaan Indonesia, beberapa di sektor hilirisasi mineral seperti Tsingshan dan Huayou serta semen seperti Red Lion.
"Investasi ini menciptakan puluhan ribu lapangan kerja, berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi lokal dan menjadi model kerja sama yang saling menguntungkan bagi Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (Belt and Road Initiative/BRI) antara China dan Indonesia," kata Han.
Perwakilan Kementerian Investasi/BKPM RI yang hadir dalam konferensi tersebut mengatakan China menjadi negara terbesar kedua penyumbang investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) sepanjang tiga kuartal tahun ini. Nilai tersebut belum termasuk investasi dari pemodal China yang tidak sedikit juga masuk ke Indonesia melalui negara ketiga seperti Singapura.
Provinsi Zhejiang, yang teletak di pesisir timur daratan China, merupakan salah satu provinsi termaju di China, dengan Produksi Demestik Bruto (PDB) tahun 2022 mencapai 7.77 triliun yuan.