Murung Raya (ANTARA) -
Fitriiadi mengingatkan pentingnya langkah konkret menghadapi potensi Karhutla, terlebih dengan prediksi puncak musim kemarau 2023 yang diperkirakan akan berlangsung pada bulan September. Ia menilai bahwa optimalisasi fasilitas penanganan kebakaran dan sinergi antara pemerintah dan pihak terkait sangat dibutuhkan agar proses penanganan lebih efektif.
“Sarana dan prasarana atau fasilitas penanganan Karhutla harus disiapkan. Berkolaborasi dengan semua, termasuk perusahaan, untuk mempermudah proses penanganan jika terjadi Karhutla,” ujarnya.
Selain itu, Fitriiadi juga menyoroti dampak kesehatan dari kabut asap yang sering kali mengancam masyarakat di wilayah yang terdampak Karhutla. Meskipun upaya antisipasi kebakaran dalam beberapa tahun terakhir cukup berhasil, ia menekankan bahwa peningkatan kualitas pencegahan tetap menjadi prioritas untuk menghindari terjadinya kabut asap.
“Dalam beberapa tahun terakhir, Karhutla dapat diantisipasi, dan tahun ini diharapkan antisipasi bisa dilakukan juga, sehingga kabut asap tidak terjadi. Karena, apabila itu terjadi, maka akan berdampak terhadap berbagai aspek, salah satunya kesehatan,” tegasnya.
Kasus kabut asap pada tahun-tahun sebelumnya telah menimbulkan masalah kesehatan serius, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), serta merusak ekosistem dan sektor ekonomi di wilayah Kalimantan.
Sosialisasi dan Peran Masyarakat
Lebih lanjut, Fitriiadi menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi berkelanjutan mengenai bahaya Karhutla. Ia mengimbau masyarakat untuk menghindari praktik-praktik yang berisiko memicu kebakaran hutan, seperti membuka lahan dengan cara dibakar.
“Kesadaran masyarakat adalah kunci dalam upaya pencegahan. Pemerintah harus terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang bahaya dan dampak Karhutla,” tambahnya.
Ia berharap, dengan upaya terintegrasi antara pemerintah, perusahaan, dan masyarakat, bencana Karhutla dapat diminimalkan. Hal ini diharapkan dapat melindungi lingkungan dan kesehatan masyarakat serta mencegah terulangnya bencana kabut asap yang pernah melumpuhkan beberapa wilayah di Indonesia.
Menghadapi Ancaman Berulang
Karhutla dan kabut asap merupakan masalah tahunan, tidak hanya di Murung Raya, namun juga di beberapa wilayah di Indonesia, terutama di Kalimantan dan Sumatra. Dengan cuaca ekstrem dan perubahan iklim, potensi kebakaran hutan dan lahan kian mengkhawatirkan. Fitriiadi menegaskan bahwa kolaborasi antara pemda, dunia usaha, dan masyarakat sangat penting dalam menghadapi ancaman ini.
“Masyarakat, pemerintah, dan perusahaan harus bahu-membahu, karena ancaman Karhutla ini akan terus ada, terutama di musim kemarau yang panjang. Langkah antisipasi dan penanganan harus terus diperbaiki,” kata Fitriiadi.
Dengan koordinasi yang lebih baik dan strategi yang matang, ia optimistis kabut asap dapat dicegah, sehingga masyarakat tidak lagi perlu menghadapi dampak buruk Karhutla di masa depan.