Sampit (ANTARA) - Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) Kantor Cabang Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah menyatakan siap mendukung Program Makanan Bergizi Gratis (MBG), bahkan siap menjadi perantara vendor dan supplier lokal.
“Kami siap mendukung program MBG ini, bahkan kami siap menjembatani antara vendor dan supplier untuk mengatasi kendala pembayaran yang mungkin terjadi,” kata Pimpinan Perum Bulog KC Kotim Muhammad Azwar Fuad di Sampit, Selasa.
Diketahui, Pemerintah Kabupaten Kotim akan melaksanakan uji coba Program MBG pada 20 Januari 2025 mendatang. Dalam kegiatan ini, Bulog merupakan salah satu instansi yang dilibatkan, khususnya untuk memasok beras sebagai bahan pangan pokok.
Fuad menyampaikan, saat ini ketersediaan beras yang dikuasai oleh Bulog Kotim sebanyak 2.500 ton beras medium dan 15 ton beras premium. Dalam kondisi normal jumlah stok tersebut biasanya bisa bertahan hingga lima bulan.
Dengan jumlah stok itu pula, ia memastikan pasokan beras untuk uji coba Program MBG di Kotim aman. Terlebih, berdasarkan perhitungan pihaknya pada Maret mendatang musim panen raya akan tiba dan Bulog Kotim bisa menyerap beras dari petani lokal.
“Memang untuk kebutuhan pastinya kami belum tau dan masih berkoordinasi dengan Badan Gizi Nasional (BGN), tapi dengan stok beras sekarang ditambah potensi serapan pada panen raya kami jamin aman,” ujarnya.
Mengacu pada data selama 2024, diperkirakan Bulog Kotim bisa menyerap beras dari petani lokal hingga 2.000 ton. Selain beras, pihaknya juga memiliki stok minyak goreng 6.000 liter dan daging beku 3,5 ton yang juga bisa digunakan untuk kebutuhan uji coba Program MBG.
Baca juga: Disdik Kotim teliti data peserta didik penerima makanan bergizi gratis
Namun, ada hal lain yang justru mencuri perhatiannya ketika mengikuti rapat koordinasi yang digelar Pemkab Kotim dalam rangka persiapan uji coba Program MBG, yakni komitmen pemerintah untuk menggunakan supplier lokal, baik petani maupun peternak.
Bulog Kotim pun setuju dan mendukung komitmen tersebut, karena dinilai dapat menggerakkan perekonomian masyarakat lokal. Akan tetapi, ada sesuatu yang berpotensi menjadi kendala dalam pelaksanaan komitmen tersebut.
Dalam rapat tersebut, pihak vendor selaku pengelola dapur umum untuk Program MBG menyampaikan bahwa dana untuk pengadaan bahan pangan maupun operasional dari BGN hanya dicairkan setiap satu kali dalam dua minggu.
Kondisi tersebut berpotensi menjadi kendala, sebab biasanya petani maupun peternak lokal hanya mau langsung dibayar, tanpa menunggu pencairan dana selama berminggu-minggu.
“Supplier lokal umumnya modalnya terbatas, terutama untuk petani kecil itu mereka biasanya hanya mau dibayar cash. Sedangkan, dari vendor menyampaikan bahwa pembayaran dari BGN itu per dua minggu. Kendala seperti itu Bulog bisa ambil alih,” sebutnya.
Fuad menambahkan, Bulog Kotim siap menjadi perantara bagi vendor dan supplier. Pihaknya bisa membayar supplier ketika bahan pangan disalurkan, sebagai gantinya pihak vendor atau BGN bisa membayar ke Bulog setiap dua minggu.
Dengan demikian, diharapkan bisa meminimalkan potensi kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan Program MBG di Kotim. Sekaligus, meningkatkan kepercayaan masyarakat khususnya supplier lokal terhadap program tersebut.
“Hal ini juga sudah kami sampaikan saat rapat koordinasi kemarin, semoga bisa menjadi solusi terkait pembayaran dan kami juga berharap program MBG bisa berjalan dengan lancar, baik saat uji coba maupun nanti setelah resmi diterapkan,” demikian Fuad.
Baca juga: BUMDes di Kotim semakin menggeliat
Baca juga: Dua warga Desa Lampuyang jadi korban serangan buaya
Baca juga: Musim durian, harga rotan di Kotim naik signifikan