Sampit (ANTARA) - Satu Rumah Satu Sarjana yang digagas Gubernur Kalimantan Tengah Agustiar Sabran mendapat respon positif dari akademisi asal Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim) Tasrifinoor yang menilai program itu sebagai solusi konkret meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Pendidikan gratis ini apalagi di perguruan tinggi memang secara pribadi saya mengapresiasi dan menyambut baik, karena banyak anak-anak yang kurang mampu dari sisi ekonomi bisa merasakan bangku kuliah,” kata Tasrifin di Sampit, Jumat.
Diketahui, Satu Rumah Satu Sarjana adalah program beasiswa, bertujuan agar setiap keluarga di Kalimantan Tengah memiliki anggota yang bergelar sarjana. Program ini diharap dapat meningkatkan taraf pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.
Pria yang berprofesi sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di Kota Sampit ini menyebut, program ini dapat menjadi solusi konkret terkait peningkatan kualitas SDM khususnya dari segi pendidikan di tengah keterbatasan ekonomi masyarakat.
Kendati demikian, menurutnya yang tidak kalah penting dan perlu perhatian pemerintah daerah adalah masih minimnya minat atau partisipasi generasi muda, untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
“Biasanya karena keterbatasan biaya. Orang tua lebih memilih anaknya langsung bekerja agar bisa membantu kebutuhan rumah tangga yang terus meningkat, apalagi di tengah mahalnya biaya hidup saat ini,” sebutnya.
Baca juga: Pemprov Kalteng fokuskan sekolah dan kuliah gratis bagi masyarakat kurang mampu
Ia melanjutkan, program Satu Rumah Satu Sarjana memang menjadi angin segar bagi para orang tua maupun pelajar yang ingin melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Tetapi pemerintah juga harus menyiapkan skema untuk meningkatkan minat akan pendidikan itu.
Misalnya, dengan menyiapkan skema lanjutan bagi para sarjana lulusan program tersebut, sehingga mereka memiliki gambaran akan masa depannya.
“Harus jelas arah kebijakan setelah mereka lulus. Apakah ada jaminan kerja, atau peluang karir yang disiapkan pemerintah? Jangan sampai mereka lulus tapi tidak tahu harus kemana karena tidak tersedia lapangan pekerjaan,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia juga menyoroti fakta bahwa sebagian besar lulusan di Kotim lebih memilih melanjutkan kuliah ke luar daerah seperti Banjarmasin atau Pulau Jawa. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan daya tarik dan kualitas perguruan tinggi di Kalimantan Tengah agar program ini berjalan optimal.
Terlepas dari itu, ia berharap program ini tidak hanya berjalan lancar dari sisi teknis dan pendanaan, tetapi juga berdampak nyata dalam membentuk SDM unggul yang siap bersaing di dunia kerja.
Ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah, kampus, dan sektor swasta dalam mendukung lulusan agar tidak hanya berpendidikan, tetapi juga produktif.
“Ini program luar biasa, dan kita tentu akan mendukung sepenuhnya. Tapi harus ada perencanaan yang matang agar para sarjana nanti tidak menjadi pengangguran baru,” demikian Tasrifin.
Baca juga: Mensos apresiasi Kalimantan Tengah termasuk provinsi dengan tingkat kemiskinan rendah
Baca juga: Gubernur komitmen wujudkan 'Satu Rumah Satu Sarjana' di Kalimantan Tengah
Baca juga: Wujudkan kemajuan dunia pendidikan, Gubernur Kalteng temui para rektor