Kebakaran lahan mulai terjadi, BPBD Kotim tingkatkan kesiagaan

id Pemkab Kotim, kalteng, Sampit, kotim, Kotawaringin Timur, karhutla, kebakaran hutan dan lahan, BPBD Kotim, Multazam

Kebakaran lahan mulai terjadi, BPBD Kotim tingkatkan kesiagaan

Petugas dari BPBD Kotawaringin Timur memadamkan kebakaran lahan gambut di Desa Eka Bahurui Kecamatan Mentawa Baru Ketapang, Kamis (5/6/2025). ANTARA/HO-BPBD Kotim

Sampit (ANTARA) - Kebakaran lahan mulai terjadi di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah sehingga membuat pemerintah daerah setempat meningkat kewaspadaan terhadap ancaman kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

"Siang ini terjadi kebakaran lahan gambut di Jalan HM Arsyad Desa Eka Bahurui Jalur 4. Luas lahan yang terbakar sekitar 0,378 hektare semak belukar. Alhamdulillah bisa dipadamkan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur, Multazam di Sampit, Kamis.

Informasi terjadinya kebakaran tersebut disampaikan oleh masyarakat kepada BPBD. Dua mobil tangki air dengan personel 14 orang dikerahkan ke lokasi untuk memadamkan api.

Kebakaran di lahan gambut harus dilakukan maksimal agar api tidak kembali muncul. Biasanya kebakaran lahan gambut terjadi hingga ke dalam tanah meski di permukaan sudah padam, makanya pemadaman harus dilakukan berulang-ulang sampai api benar-benar padam.

Kebakaran lahan ini menjadi isyarat bahwa kesiapsiagaan harus ditingkatkan mengantisipasi karhutla. BPBD mengimbau masyarakat untuk mencegah tindakan-tindakan yang bisa memicu terjadinya kebakaran lahan.

"Kami meminta kepedulian dan dukungan masyarakat. Tanpa dukungan masyarakat dan semua pihak, pemerintah tidak akan mampu mencegah dan menanggulangi karhutla," ujar Multazam.

BPBD Kotawaringin Timur juga karhutla dan kekeringan saat kemarau, khususnya di wilayah selatan yang dinilai paling rawan.

"Paling rawan tetap di wilayah selatan. Potensi bencana di wilayah selatan ini dobel. Selain potensi bencana karhutla, juga ada potensi bencana kekeringan," kata Multazam.

Baca juga: Harga emas di Sampit naik hingga Rp50 ribu per gram

Wilayah selatan meliputi Kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Teluk Sampit dan Pulau Hanaut. Meski merupakan wilayah pesisir, namun di wilayah ini juga terdapat banyak sebaran tanah gambut tebal.

Saat kemarau, gambut mudah kering sehingga sangat mudah terbakar dan sulit dipadamkan. Apalagi, kebakaran sering terjadi di lokasi yang jauh dan sulit dijangkau melalui jalur darat sehingga harus mengandalkan pengeboman air menggunakan helikopter.

Selain karhutla, wilayah selatan juga sering dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih. Hal ini lantaran saat kemarau, sumur menjadi dangkal dan air sungai menjadi payau atau berasa asin akibat intrusi air laut yang masuk ke alur Sungai Mentaya.

"Jaringan instalasi air bersih kita baru sampai di Desa Parebok, sehingga desa ke atasnya lagi perlu jadi perhatian. Intrusi air laut cukup kencang sehingga asin dan airnya tidak bisa dikonsumsi karena tidak sehat," ujar Multazam.

Selain terkait ketersediaan air bersih untuk konsumsi masyarakat, antisipasi yang juga harus dilakukan adalah terkait pencairan sawah. Wilayah selatan merupakan lumbung padi Kotawaringin Timur sehingga perlu antisipasi agar pertanian tidak sampai terganggu akibat kekeringan, apalagi ada target untuk mencapai swasembada pangan.

Multazam berharap sinergi lintas sektor bergerak untuk mengantisipasi ketersediaan air bersih untuk masyarakat dan bagaimana membasahi atau mengaliri sawah agar target swasembada pangan tetap terpenuhi.

Kemarau diperkirakan terjadi mulai dasarian kedua atau pertengahan Juni 2025. Hasil diseminasi BPBD Kotawaringin Timur dengan BMKG Tjilik Riwut Palangka Raya, kemarau diprediksi akan berdampak sekitar 4 bulan 10 hari, meski ada potensi hujan tetapi intensitasnya dan curahnya rendah.

Baca juga: Hari Lingkungan Hidup, DLH Kotim gerakkan ASN bersihkan sampah plastik

Baca juga: Pemkab Kotim komitmen perkuat pencegahan korupsi

Baca juga: Berantas narkoba, Polres Kotim musnahkan sabu senilai Rp1,7 miliar


Pewarta :
Editor : Muhammad Arif Hidayat
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.