Sampit (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah mengerahkan ratusan aparatur sipil negara (ASN) untuk bergotong royong membersihkan sampah plastik dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025.
“Hari ini, kita memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, dengan tema ending plastic pollution (hentikan polusi plastik, sebuah seruan global untuk menghentikan polusi plastik yang telah menjadi ancaman serius bagi bumi dan kehidupan kita,” kata Wakil Bupati Kotim Irawati di Sampit, Kamis.
Sebelum melaksanakan kegiatan gotong royong, digelar apel peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di halaman Kantor Bupati Kotim yang diikuti oleh perwakilan ASN dari setiap organisasi perangkat daerah (OPD), khususnya Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kotim.
Irawati bertindak sebagai inspektur upacara dan membacakan pidato Menteri Lingkungan Hidup sekaligus Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq tentang Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025.
Isi pidato tersebut menekankan pada cara memaknai peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia sebagai momen penting untuk merefleksikan kembali hubungan manusia dengan alam, serta langkah-langkah nyata yang telah dan harus diambil untuk menjaga kelestariannya ke depan.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan gotong royong di enam titik, salah satunya kawasan Pusat Perbelanjaan Mentaya (PPM) Sampit yang paling banyak memproduksi sampah plastik.
Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Kepala DLH Kotim Marjuki yang menyebut bahwa peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia ini merupakan titik balik untuk aksi nyata, bukan sekadar seremonial, dalam rangka mengurangi sampah plastik.
“Kita punya tekad besar untuk mengurangi sampah plastik, terutama di pusat-pusat perbelanjaan. Upaya kita tidak hanya sampai disini, secara bertahap kita akan berupaya untuk menekan produksi sampah plastik di pusat perbelanjaan atau masyarakat,” ucapnya.
Ia melanjutkan, kegiatan gotong royong ini tidak hanya dilakukan oleh para ASN, tetapi pihaknya juga melibatkan para pelajar untuk membersihkan lingkungan sekolah dan masyarakat di lingkungan RT/RW masing-masing.
Marjuki juga merencanakan agar kegiatan ini terus berlanjut dengan menjadikannya agenda rutin bulanan agar dapat meningkatkan kesadaran masyarakat, karena penanganan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah melainkan tanggung jawab bersama.
Sejalan dengan misi pemerintah untuk menghentikan polusi plastik, pihaknya juga ingin mengedukasi masyarakat maupun pedagang untuk ikut mengurangi sampah plastik dengan membiasakan membawa tas atau tempat belanja sendiri ketika ke pasar.
Baca juga: Pemkab Kotim komitmen perkuat pencegahan korupsi
“Kedepannya, ketika kita berbelanja harus membawa tempat belanjaan sendiri supaya tidak ada lagi produksi sampah plastik. Selain itu, pedagang juga harus bertanggung jawab terhadap sampahnya, jangan hanya dibiarkan begitu saja berserakan di sekitar toko,” lanjutnya.
Ketika memimpin kegiatan gotong royong, Marjuki menyoroti sikap dari para pedagang di PPM Sampit yang terkesan cuek dengan kegiatan gotong royong, padahal seharusnya pedagang juga ikut serta mengingat mereka yang paling banyak beraktivitas di wilayah itu.
Ia pun kembali menekankan, bahwa penanganan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah. Setiap orang harus bertanggung jawab dengan sampahnya masing-masing, minimal dengan memilah sampah sebelum membuangnya ke depo atau TPS.
Ia juga menyebutkan, umumnya setiap orang menghasilkan paling tidak 0,54 kilogram sampah setiap harinya. Dengan jumlah penduduk Kotim yang berkisar 450 ribu jiwa, maka volume sampah yang dihasilkan setiap hari mencapai 240 ton.
Khususnya untuk dua kecamatan di dalam Kota Sampit, yakni Kecamatan Mentawa Baru Ketapang dan Baamang saja volume sampah hariannya mencapai 130 ton dan semua itu belum bisa secara maksimal diangkut oleh petugas kebersihan DLH Kotim.
Artinya jika hanya mengandalkan pemerintah daerah, maka penanganan sampah di Kotim tidak akan selesai. Partisipasi masyarakat terutama dunia usaha dalam hal ini sangat penting untuk membantu mempercepat proses pengelolaan sampah oleh pemerintah.
“Kedepannya tidak boleh lagi seperti ini, kita datang bersih-bersih tetapi mereka (pedagang) cuek saja. Kami akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk menyiapkan regulasi terkait pengelolaan sampah di pasar,” ungkapnya.
Disamping itu, pihaknya juga akan menyiapkan kebijakan terkait pemilahan sampah oleh masyarakat agar pengelolaan sampah, khususnya sampah plastik bisa lebih cepat sehingga yang dibawa ke TPA hanya residu atau 10 persen saja.
Maksudnya, dalam hal ini masyarakat diharapkan secara mandiri memilah sampah yang dihasilkan sebelum dibuang ke depo atau TPS, baik sampah organik maupun anorganik tidak lagi dicampur aduk dalam kantong sampah yang sama.
Sebagaimana kebijakan jadwal pembuangan sampah yang diterapkan beberapa bulan terakhir dan sudah berjalan dengan baik, ia berharap selanjutnya kebijakan terkait pemilahan sampah ini juga bisa diterapkan di masyarakat.
“Ini merupakan rencana besar kita, memang tidak mudah tetapi ini merupakan komitmen kita dan kita harus memulainya,” demikian Marjuki.
Baca juga: Berantas narkoba, Polres Kotim musnahkan sabu senilai Rp1,7 miliar
Baca juga: Bupati Kotim: Rakordalev ruang refleksi dan perbaikan pembangunan daerah
Baca juga: Sebanyak Rp32,8 miliar gaji ke 13 ASN Kotim siap dicairkan 10 Juni