Sampit (ANTARA) - Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah menunjukkan komitmen kuat dalam melestarikan warisan leluhur melalui Pagelaran Pentas Seni dan Budaya Dayak yang mendapat dukungan dari pemerintah daerah setempat.
“Pemerintah daerah sangat berkomitmen dalam menjaga dan melestarikan budaya daerah, maka dari itu saya sangat berterima kasih dan apresiasi kepada DAD Kotim yang melaksanakan kegiatan ini,” kata Halikinnor di Sampit.
Pagelaran Pentas Seni dan Budaya di halaman kantor DAD Kotim dilaksanakan selama dua hari, yakni 29-30 November 2025. Dengan mengangkat tema Kotim Berbudaya, kegiatan ini diisi dua macam lomba, yakni karungut dan manjuhu (memasak) khas tradisional Dayak.
Halikinnor yang juga Ketua Umum DAD Kotim, menyatakan kebanggaannya atas kegiatan tersebut. Ia menegaskan dukungan penuh pemerintah daerah terhadap upaya pelestarian budaya.
Terlebih menurutnya, produk lokal baik itu berupa kesenian maupun makanan tidak kalah dengan produk luar daerah yang kini banyak beredar di Kotim.
Bahkan ia menilai makanan tradisional selain enak juga terjamin dari segi kesehatan, karena biasanya diolah dari bahan alami yang di sekitar, baik itu ikan, sayur dan lainnya.
“Makanan modern, terutama yang cepat saji biasanya memiliki risiko pemicu penyakit yang besar, sedangkan makanan tradisional ini semua unsurnya berdasarkan kearifan lokal kita, bahkan biasanya ada yang mengandung obat,” sebutnya.
Oleh karena itu, ia mendukung agar kegiatan yang digelar DAD Kotim ini bisa berkelanjutan dan menjadi agenda rutin seperti halnya lomba memasak tradisional yang setiap tahun digelar oleh Pemkab Kotim pada Festival Budaya Habaring Hurung maupun oleh Pemprov Kalteng lewat Festival Budaya Isen Mulang.
“Jadi pada intinya, pemerintah daerah sangat mendukung kegiatan ini, nanti kalau ada kegiatan di tingkat kabupaten maka DAD bisa ikut berpartisipasi, menampilkan makanan-makanan tradisional kita, sebagai bentuk kontribusi dalam melestarikan warisan leluhur kita,” demikian Halikinnor.
Ketua Harian DAD Kotim Gahara menyebutkan, bahwa kegiatan ini adalah yang pertama kali diselenggarakan di kantor DAD. Ia pun bersyukur dengan berbagai keterbatasan yang ada, kegiatan ini mendapat antusiasme yang cukup tinggi dari masyarakat.
“Alhamdulillah antusias peserta dan masyarakat cukup tinggi, artinya,acara-acara semacam ini harus terus kita tingkatkan karena ini bentuk dari pelestarian adat budaya kita yang sekarang mulai terkikis oleh budaya-budaya luar,” ucap Gahara.
Baca juga: Legislator Kotim desak pemkab segera terbitkan rekomendasi untuk PLN
Melihat banyaknya peserta dan masyarakat yang menghadiri acara tersebut dengan mengenakan atribut atau pakaian tradisional, menurutnya membuktikan kecintaan masyarakat Kotim terhadap kebudayaan lokal.
Maka dari itu, kegiatan yang bersifat pelestarian seni dan budaya lokal seperti ini perlu lebih sering diadakan sehingga dapat semakin menggelorakan semangat dan kecintaan masyarakat terhadap warisan leluhur.
Ia pun mengajak kelompok maupun organisasi masyarakat yang ada di Kotim untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan kegiatan seperti ini, baik itu berkolaborasi dengan DAD Kotim maupun berdiri sendiri.
“Kalau ada yang ingin menggelar kegiatan serupa silakan, baik itu menggandeng DAD atau tidak karena semua punya hak. Namun, alangkah baiknya tetap berkoordinasi mengingat DAD merupakan leading sector dan kolaborasi itu baik untuk kemajuan adat budaya di daerah kita,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua Panitia Muhammad Pungkau Canang menyampaikan total ada 63 peserta dalam perlombaan kali ini, jumlah ini tergolong cukup banyak mengingat kegiatan ini perdana digelar DAD Kotim.
Sebanyak 31 peserta mengikuti lomba karungut yang diperuntukkan bagi pelajar SMP dan SMA sederajat, sedangkan 32 peserta lainnya mengikuti lomba manjuhu tradisional khas Dayak. Selain itu, kegiatan ini juga dimeriahkan dengan adanya bazar UMKM.
“Lomba yang dipilih tentunya yang berkaitan erat dengan budaya dan tradisi masyarakat Dayak. Seperti manjuhu, ketika manunggal (menanam padi) secara bergotong royong biasanya juga ada kegiatan memasak bersama. Semangat kebersamaan itulah yang ingin kami bangkitkan,” terangnya.
Pungkau menambahkan, kegiatan ini rencananya akan menjadi kegiatan rutin DAD Kotim dengan sekaligus menjadi rangkaian perayaan HUT Kotim setiap tahunnya. Namun, dalam pelaksanaannya akan menyesuaikan dengan kondisi anggaran lembaga adat tersebut.
Salah satu peserta lomba Karungut, Muhammad Rafa Raisa Pratama menyatakan bahwa lomba ini sangat bagus dan jarang diadakan di Sampit.
Pelajar SMK yang pernah meraih Juara 2 di Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat provinsi ini, berharap kegiatan serupa dapat lebih sering digelar untuk melatih dan mengasah kemampuan pemuda dalam melestarikan budaya.
“Kesenian daerah ini sangat perlu dijaga karena kesenian merupakan salah satu warisan dari nenek moyang kita yang memang harus kita jaga dan tidak boleh dilupakan. Bisa kita mengikuti era digital, tetapi harus kita tetap mempertahankan budaya,” demikian Rafa.
Baca juga: Sampit berpeluang jadi ibu kota Kotawaringin Raya
Baca juga: Cek Kesehatan Gratis di Kotim capai 38 persen
Baca juga: Bupati Kotim pimpin bersih-bersih area Bandara Haji Asan
