Jakarta (ANTARA) - Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria menyoroti bias budaya di platform-platform kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang dikembangkan oleh para ahli di luar negeri.
Dia memberikan gambaran, platform kecerdasan buatan model bahasa besar (Large Language Model/LLM) yang banyak digunakan oleh warga Indonesia dilatih menggunakan data dari negara pembuatnya, sehingga kadang tidak menghasilkan keluaran yang sesuai dengan konteks Indonesia.
"AI memiliki preferensi, cultural values (nilai budaya), yang dibawa dari lingkungannya, sehingga LLM yang dibentuk adalah refleksi dari pengetahuan yang relevan dengan budayanya, ketika mereka dipakai di tempat lain, ya enggak nyambung, banyak biasnya," kata dia sebagaimana dikutip dalam keterangan pers kementerian di Jakarta pada Senin.
Dia menyampaikan pentingnya pada ahli di Indonesia mengembangkan platform kecerdasan buatan berdasarkan nilai-nilai dan budaya bangsa untuk mewujudkan kedaulatan dalam bidang teknologi.
"Untuk mencapai sovereign (kedaulatan) AI dibutuhkan landasan nilai, norma dasar, contohnya kita punya Pancasila, saya kira ini menarik sekali untuk dikembangkan lebih lanjut," katanya.
Nezar berharap para akademisi dan peneliti di dalam negeri mengembangkan riset-riset tentang AI yang dapat mendatangkan manfaat nyata bagi masyarakat serta mendukung tata kelola AI dan transformasi digital yang berkeadilan.
Nezar menyampaikan bahwa para pelaku industri AI saat ini berlomba-lomba untuk membuat platform AI paling canggih dan bisa melakukan apa saja yang diperintahkan.
Dalam acara Kagama-UGM Policy Dialogue 2025 di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sabtu (13/12), ia mengatakan, LLM telah melahirkan banyak platform yang dapat dimanfaatkan untuk menjawab pertanyaan, membuat karya audio-visual, sampai menyelesaikan berbagai macam permasalahan.
Di samping itu, ia melanjutkan, platform model bahasa kecil (Small Language Model/SLM) juga perlu dikembangkan.
"SLM berbeda dengan LLM, karena SLM dilatih dengan data-data spesifik dan lebih akurat dalam menjawab pertanyaan di bidang tersebut," kata Nezar.Nezar mencontohkan, platform AI SLM bisa dilatih khusus dengan data-data kebijakan publik untuk memudahkan pengguna mendapatkan jawaban tentang persoalan tersebut tanpa harus memikirkan cara penulisan prompt yang tepat agar mendapatkan data yang sesuai.
