Bashar Al-Asaad Angkat Gubernur Provinsi Hama

id Bashar al-Asaad angkat gubernur Provinsi Hama, senjata kimia

 Bashar Al-Asaad Angkat Gubernur Provinsi Hama

Ahli senjata kimia dari PBB, menggunakan masker, membawa kantung plastik berisi contoh dari salah satu lokasi dugaan serangan senjata kimia di lingkungan Ain Tarma, Damaskus, Kamis (29/8). Sekelompok tim ahli PBB selama tiga hari melakukan penyelidik

... Suriah telah menjadi tragedi besar abad ini... "
Damaskus (ANTARA News) - Presiden Suriah, Bashar al-Assad, telah mengganti Gubernur Provinsi Hama, Anas Abdel Razzaq al-Naem, yang tewas dalam satu ledakan mobil, kantor berita resmi Suriah SANA, Selasa.

Ghassan Omar Khalaf diangkat menjadi gubernur Provinsi Hama, di bagian tengah Suriah, yang beberapa bagiannya dikuasai oleh para gerilyawan, kata SANA tanpa memberikan rincian.

Pandahulunya al-Naem tewas pada 25 Agustus dalam satu ledakan yang diklaim dilakukan fron Al-Nusra di kota Hama.

Ia telah diangkat empat bulan setelah pemberontakan pecah pada Maret 2011 menentang rezim al-Asaad.

Fron Al-Nusra mengaku melakukan serangan bom mobil itu, dengan menyatakan aksi tersebut sebagai balasan atas dugaan serangan senjata kimia pada 21 Agustus dekat Damaskus yang merenggut ratusan jiwa.

Ayah Bashar sekaligus pendahulunya, Hafez al-Assad, menumpas secara brutal pergolakan Ikhwanul Muslimin di kota Hama pada 1982, menewaskan antara 10.000 dan 40.000 orang.

Pemberontakan di Suriah telah berubah menjadi perang saudara yang menewaskan lebih dari 100.000 orang dan menimbulkan pengungsian besar-besaran itu.

Kini besar kecurigaan dunia bahwa al-Asaad junior memakai senjata kimia berupa gas sarin alias gas mustard untuk membasmi rakyatnya sendiri di Damaskus timur, banyak di antaranya anak-anak dan perempuan. 

Dalam pernyataannya di Jenewa, UNHCR mengatakan terjadi kenaikan jumlah pengungsi hampir sepuluh kali lipat dalam 12 bulan belakangan. Pengungsi melintasi perbatasan Suriah menuju Turki, Irak, Yordania dan Libanon, yang jumlahnya sekitar 5.000 orang perhari.

Jika dibandingkan dengan angka pengungsi Afghanistan pada saat puncak kemalut di negara itu dua dasawarsa lalu, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Antonio Guterres, mengatakan, "Suriah telah menjadi tragedi besar abad ini -- bencana kemanusiaan yang tak ada bandingan dalam sejarah mutakhir."