Pagelaran Wayang dan Gamelan Kontemporer Pukau Warga Amerika

id pegelaran wayang dan gamelan, Harvard University, seni budaya, wayang

Pagelaran Wayang dan Gamelan Kontemporer Pukau Warga Amerika

Pagelaran bertajuk "Magic Flute" yang diselenggarakan oleh Museum Arkeologi dan Etnologi Peabody milik Harvard University dan didukung oleh Indonesian Community of New England, Inc. (ICONE, Inc.) (Dokumentasi Indonesian Community of New England, Inc.

Jakarta (Antara Kalteng) - Keunikan dan keindahan seni budaya wayang kulit dan gamelan Jawa berhasil memukau ratusan pengunjung dari segala umur di Boston, Amerika Serikat.

Pagelaran bertajuk "Magic Flute" yang diselenggarakan oleh Museum Arkeologi dan Etnologi Peabody milik Harvard University dan didukung oleh Indonesian Community of New England, Inc. (ICONE, Inc.) ini mampu menarik minat para pencinta seni, pemerhati budaya serta khalayak umum dari berbagai kalangan masyarakat Amerika maupun Indonesia di Boston dan sekitarnya.

Pagelaran ini merupakan bagian dari eksibisi "All the World Is Here", yang salah satu pamerannya bertemakan "The Magic of Java", untuk memperingati ulang tahun Museum Arkeologi dan Etnologi Peabody, Harvard University yang ke-150.

Selama lebih kurang dua jam, pengunjung disuguhi dengan pertunjukan orkestra gamelan Jawa kontemporer yang dibawakan oleh 14 mahasiswa pasca sarjana dari Harvard University dan Longy School of Music.

Pagelaran ini dipimpin oleh Jody Diamond, Artist in Residence di Department of Music, Harvard University dan Theater Director, Mitchell Polonsky.



Diiringi lantunan orkestra gamelan, karakter-karakter pewayangan seperti Garuda, Buta Enom, Sita, Prabu Susarma dan Durga tampil menawan dan energik dalam sandiwara wayang kontemporer ‘Magic Flute’ yang dibawakan dengan sangat menarik oleh dalang Marc Hoffman, seorang seniman wayang dari negara bagian Maryland yang telah belajar perwayangan bertahun-tahun di Solo, Indonesia.

Jody Diamond, yang juga merupakan Direktur dari American Gamelan Institute mengatakan, pagelaran ini bermula dari ketertarikan mahasiswa pasca sarjana jurusan musik Harvard University, Hayley Fenn.

Hayley tertarik akan tradisi marionette Jerman yang menampilkan sandiwara boneka (puppets act) diiringi oleh komposisi musik dari mahakarya komposer legendaris dunia Mozart berjudul "Magic Flute".

"Hayley dan saya lalu berkeinginan untuk menciptakan pagelaran musik kontemporer serupa dengan mengangkat keunikan wayang kulit Jawa diiringi oleh gamelan Jawa," papar Jody.

Olla Chas, Co-founder and President dari sebuah organisasi nirlaba yang menaungi beragam kegiatan kemasyarakatan Indonesia-Amerika Indonesian Community of New England, Inc. (ICONE, Inc.) mengatakan, sebagai masyarakat Indonesia yang bermukim di Amerika, ia merasa bangga dapat menjadi bagian dari kegiatan seni dan budaya Indonesia seperti ini.

Peran besar institusi pendidikan bergengsi dunia seperti Harvard University dalam menggelar wayang kulit dan gamelan Jawa membuktikan bahwa kebudayaan Indonesia sudah semakin mendunia dan mendapat perhatian khusus dari masyarakat Amerika.

"Jika orang luar saja memiliki ketertarikan tinggi kepada seni budaya kita, sudah selayaknya kita yang orang Indonesia bisa lebih bangga dan mempunyai kemauan lebih untuk melestarikan dan menampilkan keanekaragaman budaya Indonesia dimanapun kita berada. Kedepannya diharapkan akan semakin banyak lagi kolaborasi serupa yang dapat mengangkat seni budaya Indonesia lainnya," tambah Olla.

Selain pertunjukan wayang kulit dan gamelan, eksibisi yang mengangkat keunikan sebuah desa di Jawa dan pernah ditampilkan di Chicago World’s Fair juga dipertunjukkan di galeri museum tersebut.

Tidak hanya itu, pengunjung juga dapat langsung mencoba memainkan wayang-wayang kulit dan menikmati kopi-kopi lezat khas Indonesia dari Sumatera dan Bali.