Komunitas "Drone" Ramaikan Tradisi Mandi Safar

id Mandi Safar, Sungai Mentaya, drone

Komunitas "Drone" Ramaikan Tradisi Mandi Safar

Ilustrasi - Drone (pesawat tanpa awak) yang dipasang kamera. (chicagotonight.wttw.com)

Sampit (Antara Kalteng) - Tradisi Mandi Safar di Sungai Mentaya Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalteng, pada 15 November, akan diramaikan komunitas pecinta "drone" yang memanfaatkan momen ini berburu foto dan video dari udara.

"Ini momen yang sangat menarik untuk diabadikan. Tradisi ini unik, apalagi kegiatannya di sungai, tentu sangat bagus kalau diabadikan dari udara," kata Musthafa, salah satu penyuka "drone" di Sampit, Senin.

Musthafa atau akrab disapa Topan, menilai event pariwisata selalu menarik untuk didokumentasikan. Tidak heran jika komunitas pecinta pesawat tanpa awak itu tidak ingin ketinggalan mengabadikannya.

Kegiatan yang melibatkan orang banyak, sangat menarik dijadikan objek foto atau video yang diambil dari ketinggian. Anggota komunitas "drone" selalu bersemangat memainkan "drone" mereka untuk mengabadikannya.

Tradisi budaya Mandi Safar nanti sangat menarik untuk diabadikan. Selain kegiatannya di sungai dan biasanya dihadiri ribuan warga yang ingin menyaksikan maupun ikut bercebur ke sungai, lokasinya juga sangat straregis, yakni di Dermaga Habaring Hurung yang berdekatan dengan objek wisata Patung Jelawat yang merupakan ikon daerah.

Pecinta "drone" di Kotawaringin Timur sudah membentuk komunitas yang mereka beri nama "Squadrone". Sudah ada 30 anggota yang bergabung dengan komunitas yang terbentuk sejak satu tahun lalu ini.

"Kami mengajak kawan-kawan yang punya "drone" untuk kita sama-sama meramaikan momen ini, termasuk kawan-kawan di luar daerah. Ini akan menjadi pemandangan menarik untuk kita dokumentasikan menggunakan "drone" sama-sama," kata Topan.

Komunitas "drone" berburu foto dan video untuk menyalurkan hobi. Namun hasilnya juga mereka sebarkan melalui media sosial untuk membantu promosi pariwisata daerah. Harapannya, kontribusi mereka membawa manfaat bagi masyarakat dan daerah.

Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur, menggelar tradisi budaya Mandi Safar dan Simah Laut yang merupakan bagian dari agenda pariwisata kabupaten ini. Pemerintah daerah mengajak masyarakat untuk menyaksikan acara ini.

"Mandi Safar akan dilaksanakan pada 15 November, sedangkan Simah Laut dilaksanakan pada 26 November. Kami mengajak masyarakat dan wisatawan datang ke Sampit untuk menyaksikan dua event budaya ini," ajak Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur, Fajrurrahman.

Mandi Safar adalah tradisi masyarakat bersama-sama mandi di sungai sebagai simbol dan sekaligus harapan membersihkan diri dari hal-hal yang tidak baik. Tradisi yang kini dikemas menjadi agenda pariwisata daerah itu biasanya dilaksanakan pada Rabu terakhir di bulan Safar.

Tradisi Mandi Safar nanti akan dimeriahkan berbagai kegiatan, di antaranya lomba melukis dan mewarnai, lomba fashion show anak dan remaja, lomba tari dan penyajian kue tradisional. Acara ini biasanya juga diisi pembagian berbagai hadiah dadakan bagi warga yang ikut mandi di sungai.

Sementara itu, Simah Laut akan dilaksanakan di Pantai Ujung Pandaran Kecamatan Teluk Sampit pada 26 November. Tradisi ini dilaksanakan di kampung nelayan sekaligus objek wisata yang berjarak sekitar 85 kilometer dari pusat kota Sampit.

Simah Laut merupakan tradisi budaya yang dilakukan turun temurun oleh nelayan di Kecamatan Teluk Sampit. Kegiatan tahunan ini dilaksanakan di pantai Ujung Pandaran dan kini dikemas menarik menjadi salah satu agenda pariwisata andalan Kotawaringin Timur.