Kotim gelar 'mampakanan sahur dan mamapas lewu'

id Kotim gelar 'mampakanan sahur dan mamapas lewu',Pariwisata,Dinas kebudayaan dan pariwisata,Kotawaringin Timur,Kotim,Sampit,Fajrurrahman

Kotim gelar 'mampakanan sahur dan mamapas lewu'

Salah satu prosesi dalam acara puncak 'mampakanan sahur dan mamapas lewu' di Sampit tahun 2017 lalu. (Foto Antara Kalteng/Norjani)

Sampit (Antaranews Kalteng) - Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, akan menggelar acara tahunan yaitu ritual 'mampakanan sahur dan mamapas lewu' di Taman Miniatur Budaya Sampit pada Senin (26/11) nanti.

"Acara ini merupakan ritual umat Hindu Kaharingan yang difasilitasi pemerintah daerah. Tapi beberapa tahun terakhir, acara ini juga dikemas menarik menjadi event pariwisata daerah yang diharapkan dapat menarik minat wisatawan," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur Fajrurrahman di Sampit, Jumat.

Ritual 'mampakanan sahur dan mamapas lewu' merupakan ritual umat Hindu Kaharingan yang bertujuan mendoakan agar masyarakat dan daerah ini dihindarkan dari berbagai bencana dan gangguan dari pihak manapun.

Ritual itu biasanya berlangsung beberapa hari dipimpin oleh pisor, yakni tokoh agama Hindu Kaharingan. Acara puncak diisi dengan makan bersama, dilanjutkan tampung tawar atau memercikkan air kepada tamu yang hadir oleh pisor. Kemudian seluruh undangan dan warga'manganjan'atau menari dengan membentuk formasi melingkar.

Selanjutnya pisor bersama ratusan umat berkeliling kota menggunakan mobil hias untuk melakukan ritual `mamapas lewu` atau membersihkan kampung, sambil membawa 'sangkurup jatha' yakni miniatur rumah kecil berisi semacam sesajen. Puncak ritual adalah melarung 'sangkurup jatha'ke Sungai Mentaya.

Acara dipusatkan di Miniatur Budaya Sampit di Jalan Karang Taruna atau belakang Islamic Center. Tempat ini memang sering menjadi tempat kegiatan keagamaan Hindu Kaharingan maupun kegiatan yang berkaitan dengan budaya masyarakat Dayak.

Meski merupakan ritual atau kegiatan keagamaan, 'mampakanan sahur dan mamapas lewu' kini dikemas menarik dan menjadi agenda rutin pariwisata Kotawaringin Timur. Namun, polesan kegiatan tidak mengurangi makna ritual tersebut.

"Teknis pelaksanaan sepenuhnya dilaksanakan oleh umat Hindu Kaharingan. Makanya kami berkoordinasi dengan Majelis Daerah Agama Hindu Kaharingan Kabupaten Kotawaringin Timur. Kami tidak masuk ke dalam teknis pelaksanaannya," kata Fajrurrahman.

Ritual'mampakanan sahurdanmamapas lewu'sudah digelar secara rutin sejak 2003 lalu. Tanpa mengurangi maknanya, pemerintah daerah kini memfasilitasi dan mengemas ritual ini menjadi salah satu agenda rutin pariwisata daerah.

Selain sebagai ritual keagamaan dan pelestarian budaya, kegiatan ini juga mendukung sektor pariwisata daerah. Acara ini juga wujud kekompakan masyarakat Kotawaringin Timur dalam membangun daerah.

Pemerintah Kabupaten telah bertekad menjadi daerah tujuan wisata. Pengembangan pariwisata pun kini dilakukan lebih serius. Pemerintah yakin pariwisata akan mampu menjadi sektor baru yang dapat diandalkan membantu menopang perekonomian daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Belum lama ini Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Timur menggelar tradisi budaya 'Mandi Safar' dan 'Sampit Ethnic Carnival 2018'. Selain 'mampakanan sahur dan mamapas lewu', Desember nanti akan digelar event pariwisata lainnya yaitu 'manuyang anak' atau mengayun anak dan Simah Laut.