Nanga Bulik (Antaranews Kalteng) - Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di beberapa desa di Kecamatan Menthobi Raya, Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah sepanjang tahun 2018 sembanyak 12 yang terjadi di empat desa.
Dari 12 kasus tersebut ada sembilan penderitanya berada di Desa Bukit Raya, satu di Desa Bukit Harum, satu di Desa Modang Mas, satu di Desa Melata, kata Camat Menthobi Raya Aprimeno Sabdey, Nanga Bulik, Selasa.
"Kami mengharapkan perhatian dari Dinas Kesehatan Kabupaten Lamandau agar kasus DBD tidak semakin tinggi di Kecamatan Menthobi Raya," ucapnya.
Pihak Kecamatan sejauh ini sudah melakukan berbagai upaya, baik preventif maupun sifatnya promotif ke 11 desa yang ada di wilayah tersebut, termasuk mengedarkan surat himbauan kepada seluruh kepala desa.
Dia mengatakan pihaknya juga terus membangun kesadaran masyarakat berperilaku hidup sehat, menggelar gotong royong membersihkan lingkungan di beberapa desa secara bergiliran.
"Kami berharap kepada pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan agar secara intensif menindaklanjuti kasus demam berdarah yang terjadi di Kecamatan Menthobi Raya," kata Aprimeno.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Lamandau Friaraiyatini mengaku pihaknya sudah melakukan berbagai upaya menekan kasus DBD yang terjadi di Bumi Bahaum Bakuba, termasuk melalui Puskesmas di Desa Melata yang melakukan penyuluhan ke masyarakat.
Menurutnya fenomena Demam Berdarah Dengue juga menjadi perhatian Bupati Lamandau Hendra Lesmana, dengan mengeluarkan surat edaran yang berisi imbauan kepada seluruh lembaga dan instansi pemerintah, perusahaan dan sekolah untuk menggerakkan masyarakat, pekerja dan siswa-siswi untuk melakukan pencegahan DBD.
"Diantara isi imbauan tersebut adalah, melakukan gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), apabila ada kasus DBD segera melakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan menggalakan 6M," tegasnya.
Dia juga menyampaikan bahwa Dinas Kesehatan Lamandau juga mengharapkan peran aktif masyarakat mulai dari rumah tangga masing - masing dilingkungannya, untuk lebih menggalakkan gerakan PSN secara berkesinambungan.
Ia memandang PSN merupakan salah satu cara yang paling efektif dan murah. Sementara untuk fogging sendiri merupakan pilihan terakhir yang ditempuh.
"Terpenting bagaimana upaya kita untuj berusaha memutus mata rantai siklus hidup nyamuk yang menjadi vektor penular penyakit DBD," terang Friaraiyatini.
Ia juga menekankan untuk tindakan promotif dan preventif sudah dilakukan upaya berupa himbauan dan spanduk serta penyuluhan yang dilakukan oleh Dinkes dan Puskesmas.
"Pembagian bubuk abate gratis, kita sudah melakukan fighting fokus dan massal di Nanga Bulik dan Kecamatan Sematu Jayaz namun untuk di Menthobi Raya belum kita lakukan," demikian Friaraiyatini.