Awal tahun 2019, Provinsi Kalteng alami inflasi 0,42 persen
Palangka Raya (Antaranews Kalteng) - Badan Pusat Statistik mencatat perkembangan indeks harga konsumen di Provinsi Kalimantan Tengah, pada Januari 2019 mengalami inflasi 0,42 persen
Kepala BPS Kalteng Yomin Tofri di Palangka Raya, Jumat, mengatakan inflasi 0,42 persen tersebut merupakan gabungan dari Palangka Raya yang mengalami inflasi 0,46 persen dan Sampit 0,34 persen.
"Walau terjadi inflasi di awal tahun 2019, tetap tidak setinggi akhir tahun 2018. Harga-harga selama Januari 2019 pun mulai stabil, pasca lonjakan harga selama hari besar keagamaan dan libur sekolah," beber dia.
Selama Januari 2019, komponen harga bergejolak di kelompok bahan makanan memiliki andil yang cukup tinggi terhadap kenaiakn indeks harga di Palangka Raya sekitar 0,30, dan Sampit sebesar 0,56 persen.
Yomin mengatakan untuk komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices), berperan sebagai instrumen reduktif terhadap penurunan indeks harga di Palangka Raya sekitar 0,08 persen, dan Sampit 0,27 persen.
"Adapun dampak dari komponen inti (core inflation), lebih besar terjadi di Palangka Raya 0,24 persen dibandingkan Sampit yang hanya 0,05 persen," ucapnya.
Sementara komoditas pemicu terjadinya inflasi di Kota Palangka Raya paling utama adalah daging ayam ras yang mencapai 0,14 persen, disusul Sate 0,14 persen, Ikan Layang 0,07 persen, Soto 0,05 persen, dan bahan bakar rumah tangga 0,03 persen
Untuk kota Sampit pemicu inflasi utama juga daging ayam ras yang mencapai 0,34 persen, diikuti bawang merah 0,10 persen, beras 0,05 persen, ikan tongkol 0,03 persen, dan kerang 0,02 persen.
"Dari 82 kota se-Indonesia yang dipantau indeks harga konsumen, 73 diantaranya mengalami inflasi dan hanya sembilan terjadi deflasi. Kalau untuk angka tertinggi inflasi di tingkat Nasional, Kota Palangka Raya berada di urutan 30, dan sampit urutan 40," demikian Yomin.
Kepala BPS Kalteng Yomin Tofri di Palangka Raya, Jumat, mengatakan inflasi 0,42 persen tersebut merupakan gabungan dari Palangka Raya yang mengalami inflasi 0,46 persen dan Sampit 0,34 persen.
"Walau terjadi inflasi di awal tahun 2019, tetap tidak setinggi akhir tahun 2018. Harga-harga selama Januari 2019 pun mulai stabil, pasca lonjakan harga selama hari besar keagamaan dan libur sekolah," beber dia.
Selama Januari 2019, komponen harga bergejolak di kelompok bahan makanan memiliki andil yang cukup tinggi terhadap kenaiakn indeks harga di Palangka Raya sekitar 0,30, dan Sampit sebesar 0,56 persen.
Yomin mengatakan untuk komponen harga yang diatur pemerintah (administered prices), berperan sebagai instrumen reduktif terhadap penurunan indeks harga di Palangka Raya sekitar 0,08 persen, dan Sampit 0,27 persen.
"Adapun dampak dari komponen inti (core inflation), lebih besar terjadi di Palangka Raya 0,24 persen dibandingkan Sampit yang hanya 0,05 persen," ucapnya.
Sementara komoditas pemicu terjadinya inflasi di Kota Palangka Raya paling utama adalah daging ayam ras yang mencapai 0,14 persen, disusul Sate 0,14 persen, Ikan Layang 0,07 persen, Soto 0,05 persen, dan bahan bakar rumah tangga 0,03 persen
Untuk kota Sampit pemicu inflasi utama juga daging ayam ras yang mencapai 0,34 persen, diikuti bawang merah 0,10 persen, beras 0,05 persen, ikan tongkol 0,03 persen, dan kerang 0,02 persen.
"Dari 82 kota se-Indonesia yang dipantau indeks harga konsumen, 73 diantaranya mengalami inflasi dan hanya sembilan terjadi deflasi. Kalau untuk angka tertinggi inflasi di tingkat Nasional, Kota Palangka Raya berada di urutan 30, dan sampit urutan 40," demikian Yomin.