Lamandau aman dari bahaya banjir dan kekeringan

id pemkab lamandau,nanga bulik,badan penanggulangan bencana daerah,bpbd,karhutla,kebakaran hutan dan lahan,banjir,kekeringan,potensi musibah atau bencana

Lamandau aman dari bahaya banjir dan kekeringan

Tampak debit air Sungai Lamandau berdasarkan pantauan BPBD setempat, masih aman yakni berada pada level 170 sentimeter, Nanga Bulik, Senin, (8/7/2019). (Foto Istimewa)

Nanga Bulik (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah memperkirakan, pada musim hujan dan kemarau Lamandau masih aman dari ancaman bencana banjir maupun kekeringan.

"Untuk banjir masih terbilang aman, saat ini masih masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau," kata Kepala BPBD Lamandau Tiryan Kuderon di Nanga Bulik, Senin.

Menurutnya berdasarkan pengamatan di stasiun pantau Dermaga Batu Bisa, Nanga Bulik ketinggian permukaan Sungai Lamandau ada pada level 170 sentimeter. Walau terjadi kenaikan debit air hingga 34 sentimeter, namun ketinggian air masih diambang batas aman.

Ia juga menjelaskan berdasarkan prediksi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), potensi hujan masih terjadi pada akhir Juli 2019 mendatang, sedangkan musim kemarau diperkirakan terjadi pada Agustus hingga Oktober 2019.

Mengingat saat ini anomali cuaca masih terjadi, potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga masih belum ada. Sejauh ini, berdasarkan pantauan yang telah dilakukan, belum ada ditemukan titik panas atau hot spot di wilayah setempat.

"Dari pantauan di lapangan hingga hari ini, untuk wilayah Lamandau belum ada ditemukan titik api, apalagi saat ini masih terjadi anomali cuaca, yaitu hujan masih berpotensi terjadi," ungkapnya.

Meski begitu, BPBD Lamandau terus melakukan patroli terhadap kemungkinan terjadinya karhutla, sekaligus melaksanakan sosialisasi terkait larangan membuka hutan dan lahan dengan cara membakar kepada masyarakat dan berbagai pihak terkait lainnya.

Guna memaksimalkan pengawasan terhadap bahaya karhutla, pihaknya juga akan mendirikan sejumlah pos pantau pada titik-titik rawan terjadinya karhutla. Hal ini dilakukan, sebagai langkah antisipasi dini terjadinya karhutla di wilayah setempat.

"Kami imbau kepada masyarakat maupun pihak terkait lainnya, agar terus menjaga keseimbangan alam dan tidak melakukan pembakaran hutan ataupun lahan untuk aktivitas pertanian," jelas Kuderon.