Sampit (ANTARA) - Desa-desa yang ada di kawasan pesisir Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah memerlukan tandon air untuk menyimpan cadangan air bersih mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekeringan saat kemarau.
"Kami sudah meminta seluruh pemerintah desa, khususnya yang rawan kekeringan untuk mengalokasikan dalam anggaran perubahan nanti untuk pengadaan tandon air yang dibagikan kepada masyarakat," kata Camat Teluk Sampit Juliansyah di Sampit, Selasa.
Sejumlah kecamatan di kawasan pesisir sering dilanda kekeringan dan kesulitan air bersih saat kemarau, seperti Kecamatan Teluk Sampit, Pulau Hanaut dan Mentaya Hilir Selatan.
Saat kemarau, sumur dan danau menjadi kering, sedangkan air sungai berasa asin akibat intrusi air laut. Ketika kondisi makin parah, pemerintah daerah terpaksa memasok air bersih dari Sampit ke desa-desa yang dilanda kesulitan air bersih.
Pengadaan tandon air dinilai menjadi solusi sambil menunggu pemasangan pipa jaringan air bersih PDAM sampai ke kawasan pesisir. Masyarakat bisa menyiapkan cadangan air bersih dengan menyimpannya dalam tandon tersebut untuk digunakan ketika terjadi kelangkaan air bersih.
Pemerintah desa diminta memperhatikan masalah ini secara serius karena air bersih merupakan kebutuhan mutlak masyarakat. Pemenuhan air bersih juga berkaitan dengan kesehatan masyarakat.
Saat ini sudah ada beberapa desa di Kecamatan Teluk Sampit yang membagikan bantuan tandon air untuk warga. Salah satunya adalah Desa Ujung Pandaran yang menggunakan dana desa untuk pengadaan tandon air untuk warganya.
"Saya meminta semua desa untuk melakukan pengadaan tandon air untuk warga, terlebih bagi desa yang sering dilanda kesulitan air bersih. Kita wajib membantu masyarakat kita," ujar Juliansyah.
Sebelumnya, Kecamatan Pulau Hanaut sudah lebih dulu membagikan tandon air secara gratis kepada warganya. Tandon air tersebut dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat saat musim kemarau.
"Sudah ada 2.070 buah tandon ait yang sudah dibagikan. Pengadaannya menggunakan dana desa. Alhamdulillah ini sangat membantu," kata Camat Pulau Hanaut H Eddy Mashami.
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Bandara Haji Asan memprediksi kemarau tahun ini sedikit lebih lama dibanding tahun lalu.
Hal itu pula yang mendasari penetapan status siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan dengan waktu lebih lama yaitu terhitung 3 Juli hingga 30 Oktober 2019.