Lamandau pecahkan rekor dunia perdana pada HUT kabupaten
Nanga Bulik (ANTARA) - Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah berhasil melakukan pemecahan rekor Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) makan coto keladi korup matah dengan sajian terbanyak.
"Tadinya hanya diusulkan sebanyak 1.700 sajian, namun setelah kami verifikasi ada sebanyak 2.780 sajian," kata Senior Manajer MURI Ariani Siregar di Nanga Bulik, Rabu.
Kegiatan itu, pihaknya catat sebagai rekor dunia pada urutan 9.099. Sebelumnya pemecahan rekor dengan sajian yang menggunakan keladi atau talas belum pernah dilakukan, sehingga capaian Lamandau pada peringatan hari jadi ke-17 tahunnya tersebut, merupakan yang pertama.
Wakil Gubernur Kalteng Habib Ismail bin Yahya mengapresiasi pemecahan rekor MURI yang baru saja dilakukan Lamandau itu. Sebab pemecahan rekor tak hanya bertujuan untuk mendapatkan piagam penghargaan, namun memiliki tujuan yang lebih besar.
"Yakni mensosialisasikan kuliner khas mereka coto keladi korup matah kepada masyarakat dan keladi korup yang bisa digunakan sebagai pengganti beras atau nasi. Ini berarti membuktikan, bahwa Lamandau mendukung program dari pemerintah pusat," jelasnya.
Baca juga: Hari ini, Lamandau siap pecahkan rekor MURI makan coto korup terbanyak
Sebelumnya, Bupati Lamandau Hendra Lesmana menjelaskan, pemecahan rekor Muri tersebut sebagai upaya mendukung gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.
"Kami melakukan sosialisasi kepada masyarakat, melalui pemecahan rekor MURI, untuk mendukung gerakan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal," tuturnya.
Penamaan keladi korup matah, lantaran di kabupaten setempat ada keunikan tanaman keladi yang tumbuh, namun tidak seperti keladi kebanyakan. Tanaman ini setelah dikupas, bisa dimakan dalam keadaan mentah, tanpa menyebabkan gatal.
Ia menjelaskan, keladi korup matah terdiri dari dua jenis, ada yang berwarna putih dan warna kuning dan endemik tumbuh di Kecamatan Delang dan Batang Kawa.
Berdasarkan pantauan Antara Kalteng di lapangan, usai dilakukan penilaian dan dinyatakan berhasil melakukan pemecahan rekor MURI, masyarakat langsung beramai-ramai memadati tenda tempat coto dihidangkan dan menyantapnya bersama.
"Tadinya hanya diusulkan sebanyak 1.700 sajian, namun setelah kami verifikasi ada sebanyak 2.780 sajian," kata Senior Manajer MURI Ariani Siregar di Nanga Bulik, Rabu.
Kegiatan itu, pihaknya catat sebagai rekor dunia pada urutan 9.099. Sebelumnya pemecahan rekor dengan sajian yang menggunakan keladi atau talas belum pernah dilakukan, sehingga capaian Lamandau pada peringatan hari jadi ke-17 tahunnya tersebut, merupakan yang pertama.
Wakil Gubernur Kalteng Habib Ismail bin Yahya mengapresiasi pemecahan rekor MURI yang baru saja dilakukan Lamandau itu. Sebab pemecahan rekor tak hanya bertujuan untuk mendapatkan piagam penghargaan, namun memiliki tujuan yang lebih besar.
"Yakni mensosialisasikan kuliner khas mereka coto keladi korup matah kepada masyarakat dan keladi korup yang bisa digunakan sebagai pengganti beras atau nasi. Ini berarti membuktikan, bahwa Lamandau mendukung program dari pemerintah pusat," jelasnya.
Baca juga: Hari ini, Lamandau siap pecahkan rekor MURI makan coto korup terbanyak
Sebelumnya, Bupati Lamandau Hendra Lesmana menjelaskan, pemecahan rekor Muri tersebut sebagai upaya mendukung gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.
"Kami melakukan sosialisasi kepada masyarakat, melalui pemecahan rekor MURI, untuk mendukung gerakan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal," tuturnya.
Penamaan keladi korup matah, lantaran di kabupaten setempat ada keunikan tanaman keladi yang tumbuh, namun tidak seperti keladi kebanyakan. Tanaman ini setelah dikupas, bisa dimakan dalam keadaan mentah, tanpa menyebabkan gatal.
Ia menjelaskan, keladi korup matah terdiri dari dua jenis, ada yang berwarna putih dan warna kuning dan endemik tumbuh di Kecamatan Delang dan Batang Kawa.
Berdasarkan pantauan Antara Kalteng di lapangan, usai dilakukan penilaian dan dinyatakan berhasil melakukan pemecahan rekor MURI, masyarakat langsung beramai-ramai memadati tenda tempat coto dihidangkan dan menyantapnya bersama.