Jakarta (ANTARA) - Psikiater Nova Riyanti Yusuf mengemukakan bahwa konten media sosial merupakan faktor terbesar pemicu depresi pada kalangan anak usia remaja.
"Yang menjadi faktor pemicu depresi pada anak usia SMP dan SMA paling tinggi adalah media sosial, kedua prestasi dan ketiga bullying verbal," katanya.
Pernyataan itu disampaikan oleh perempuan yang memperoleh gelar doktoral dari bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia dalam "Summarecon Expo 2020" di Summarecon Mal Bekasi, Minggu sore.
Faktor pemicu depresi remaja itu, menurut Nova, berdasarkan hasil penelitian terhadap 1.387 remaja usia SMP dan SMA pada 2016.
"Hasilnya 30 persen punya potensi depresi. Sedangkan 19,8 persen berisiko punya ide untuk bunuh diri," katanya.
Baca juga: Remaja rentan mengalami depresi, ini faktor pemicunya
Baca juga: Psikiater : perundungan bisa sebabkan depresi pada siswa
Psikiater yang juga seorang penulis dan mantan Anggota DPR 2014-2019 itu kembali melakukan penelitian serupa pada 2018 terhadap 980 responden.
Hasilnya angka depresi tetap tinggi, namun dengan tingkat keinginan bunuh diri yang relatif menurun dari angka 2016. "Hasilnya 68 persen berisiko depresi dan 13,8 persen punya ide bunuh diri," katanya.
Inisiator Undang-Undang Kesehatan Jiwa itu berpesan agar orang tua bisa cepat tanggap melihat gejala depresi pada anak guna mengantisipasi prilaku yang tidak wajar.
Indikator depresi pada remaja bisa dipantau melalui perolehan nilai sekolah yang tiba-tiba jeblok. Selain itu remaja yang dilanda depresi juga kerap melupakan hobinya dan cenderung lebih menutup diri.
"Biasanya kalau dia punya makanan favorit, tiba-tiba menjadi tidak suka atau emosi dan suka marah-marah. Itu indikatornya," katanya.
Baca juga: Media sosial berkaitan dengan resiko tinggi depresi di kalangan remaja perempuan
Baca juga: Gejala depresi akibat media sosial lebih banyak pada remaja perempuan
Jika gejala itu terlihat, kata dia, segera berkonsultasi kepada dokter sebelum terlambat dan kasusnya semakin berat.
"Saya pernah menangani kasus kondisi sudah berat, pasien mulai berhalusinasi dapat bisikan untuk menyakiti diri hingga bunuh diri," katanya.
Nova juga mengusulkan agar di sekolah ada buku penilaian tentang kesehatan psikis anak.
"Jadi semua kalangan ikut mengawasi faktor kekurangan dan kelebihan anak," katanya.
Berita Terkait
Jokowi bagikan pengalaman makan mi pedas "viral" dalam media sosial
Rabu, 1 Mei 2024 18:26 Wib
Legislator berharap PMI Gumas rutin lakukan bakti sosial
Rabu, 1 Mei 2024 9:37 Wib
Jambi Tuah ditunjuk jadi Pelaksana Tugas Kepala Dinas Sosial Mura
Rabu, 1 Mei 2024 8:29 Wib
Pemprov Kalteng optimalkan pengelolaan medsos edukasi program pembangunan
Selasa, 30 April 2024 16:39 Wib
Lurah di Palangka Raya diminta lebih peka dengan kondisi warga
Jumat, 26 April 2024 8:24 Wib
Berikut strategi dalam mengatasi kecemasan sosial pada anak
Senin, 22 April 2024 17:45 Wib
Berkendara menyenangkan manfaatkan keunggulan MAXi Yamaha hingga aksi sosial bersama
Rabu, 17 April 2024 10:32 Wib
Akses Threads di Turki akan ditutup sementara
Selasa, 16 April 2024 11:25 Wib