Seorang pembuat petasan tewas akibat ledakan petasan
Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Aparat kepolisian menyelidiki ledakan petasan yang menyebabkan satu orang tewas dan dua orang lainnya mengalami luka-luka di Desa Wonojati, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Rabu.
"Awalnya kami mendapatkan laporan dari orang tua salah satu korban terkait dengan adanya ledakan petasan yang terjadi di Dusun Beringin Lawang, Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah," kata Kapolsek Jenggawah AKP Sunarto di Jember.
Korban yang meninggal dunia di lokasi kejadian adalah Sukarto (55) warga Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah sebagai pembuat petasan dan berdasarkan catatan kepolisian yang bersangkutan merupakan residivis kasus kepemilikan petasan.
"Korban pernah menjalani hukuman selama dua tahun penjara karena kedapatan menjual petasan dan memang pekerjaannya membuat dan menjual petasan di wilayah setempat," ungkapnya.
Sedangkan dua korban lainnya yang mengalami luka-luka adalah dua orang pelajar di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Jenggawah berinisial SR (15) warga Desa Wonojati-Kecamatan Jenggawah dan RF (15) warga Desa Mangaran-Kecamatan Ajung.
"Kedua korban yang terluka merupakan pembeli petasan yang masih anak-anak. Dua korban yang mengalami luka-luka dilarikan ke Puskesmas Jenggawah, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Daerah (RSD) Balung," ucapnya.
Ia menjelaskan kasus ledakan petasan itu berawal dari dua pelajar yang membeli petasan cukup besar dengan diameter 10 hingga 15 centimeter dengan tinggi 25 centimeter sehari sebelum Lebaran.
"Namun, saat dinyalakan pada Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah, petasan tersebut sumbunya mati dan tidak meledak, sehingga pembeli tersebut siang tadi mengembalikan petasan ke penjual untuk dikasih sumbu baru," ujarnya.
Korban langsung mengambil dan membetulkan petasan itu dengan bor listrik, sehingga memicu ledakan yang cukup besar hingga menyebabkan korban terluka parah dan meninggal dunia di lokasi kejadian.
"Peristiwa ledakan itu baru dilaporkan malam hari dan tempat kejadian perkara sudah dirusak dan korban sudah pindah dari TKP, serta bekas ledakan sudah dibersihkan oleh warga setempat," tuturnya.
Namun dari hasil olah TKP, lanjut dia, polisi menemukan beberapa barang bukti di antaranya sisa serpihan kertas yang diduga sebagai casing petasan, swab darah yang ditemukan di dinding dapur dan kamar, residu petasan yang menempel di dinding dapur, dan serpihan daging yang menempel di dinding rumah korban.
"Tirai warna biru putih yang ada bercak darah di rumah korban, dua obeng warna biru dan hitam, serta tempat sampah yang berisikan serpihan kertas yang diduga bekas dari kertas petasan," ujarnya.
Sunarto mengatakan Polsek Jenggawah sudah meminta keterangan sejumlah saksi yang diduga mengetahui peristiwa ledakan petasan yang terjadi di Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah tersebut.
"Awalnya kami mendapatkan laporan dari orang tua salah satu korban terkait dengan adanya ledakan petasan yang terjadi di Dusun Beringin Lawang, Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah," kata Kapolsek Jenggawah AKP Sunarto di Jember.
Korban yang meninggal dunia di lokasi kejadian adalah Sukarto (55) warga Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah sebagai pembuat petasan dan berdasarkan catatan kepolisian yang bersangkutan merupakan residivis kasus kepemilikan petasan.
"Korban pernah menjalani hukuman selama dua tahun penjara karena kedapatan menjual petasan dan memang pekerjaannya membuat dan menjual petasan di wilayah setempat," ungkapnya.
Sedangkan dua korban lainnya yang mengalami luka-luka adalah dua orang pelajar di salah satu pondok pesantren di Kecamatan Jenggawah berinisial SR (15) warga Desa Wonojati-Kecamatan Jenggawah dan RF (15) warga Desa Mangaran-Kecamatan Ajung.
"Kedua korban yang terluka merupakan pembeli petasan yang masih anak-anak. Dua korban yang mengalami luka-luka dilarikan ke Puskesmas Jenggawah, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Daerah (RSD) Balung," ucapnya.
Ia menjelaskan kasus ledakan petasan itu berawal dari dua pelajar yang membeli petasan cukup besar dengan diameter 10 hingga 15 centimeter dengan tinggi 25 centimeter sehari sebelum Lebaran.
"Namun, saat dinyalakan pada Hari Raya Idul Fitri 1441 Hijriah, petasan tersebut sumbunya mati dan tidak meledak, sehingga pembeli tersebut siang tadi mengembalikan petasan ke penjual untuk dikasih sumbu baru," ujarnya.
Korban langsung mengambil dan membetulkan petasan itu dengan bor listrik, sehingga memicu ledakan yang cukup besar hingga menyebabkan korban terluka parah dan meninggal dunia di lokasi kejadian.
"Peristiwa ledakan itu baru dilaporkan malam hari dan tempat kejadian perkara sudah dirusak dan korban sudah pindah dari TKP, serta bekas ledakan sudah dibersihkan oleh warga setempat," tuturnya.
Namun dari hasil olah TKP, lanjut dia, polisi menemukan beberapa barang bukti di antaranya sisa serpihan kertas yang diduga sebagai casing petasan, swab darah yang ditemukan di dinding dapur dan kamar, residu petasan yang menempel di dinding dapur, dan serpihan daging yang menempel di dinding rumah korban.
"Tirai warna biru putih yang ada bercak darah di rumah korban, dua obeng warna biru dan hitam, serta tempat sampah yang berisikan serpihan kertas yang diduga bekas dari kertas petasan," ujarnya.
Sunarto mengatakan Polsek Jenggawah sudah meminta keterangan sejumlah saksi yang diduga mengetahui peristiwa ledakan petasan yang terjadi di Desa Wonojati, Kecamatan Jenggawah tersebut.