Jakarta (ANTARA) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengembangkan vaksin rekombinan subunit COVID-19 yang rencananya akan diberikan dengan metode spray pada penerima vaksin.
"Rencananya (vaksin ini) akan diberikan dengan metode spray pada penerima vaksin," kata peneliti dari Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI Wien Kusharyoto dalam konferensi pers virtual, Jakarta, Selasa.
Wien mengatakan pada beberapa penyakit, vaksin akan lebih efektif jika diberikan dengan metode tertentu, seperti vaksin oral atau diminum atau diteteskan pada mulut lebih efektif daripada disuntikkan, dan penggunaan vaksin FluMist yang lebih efektif disemprotkan dibanding vaksin yang disuntikkan.
Pemberian vaksin dengan disemprotkan (spray) dinilai lebih baik dan awal karena langsung menyasar jaringan mukosa yakni hidung atau mulut karena virus SARS-CoV-2 pertama kali masuk melalui hidung atau mulut yang merupakan jaringan mukosa untuk menginfeksi tubuh.
Oleh karena itu, apabila ada vaksin yang memang dikembangkan untuk menimbulkan respon kekebalan di jaringan mukosa tersebut, maka itu akan menjadi vaksin lebih yang lebih manjur karena akan melawan virus sejak virus itu mulai masuk.
Berbeda dengan vaksin yang disuntikkan, yang tidak langsung pertama kali menyebar ke daerah jaringan mukosa itu.
Pada kasus virus SARS-CoV-2, Wien menuturkan vaksin yang disuntikkan memiliki tujuan untuk melindungi organ-organ lain seperti paru atau jantung yang akan diserang oleh virus itu.
"Tapi ketika kita bisa misalnya melindungi seseorang sejak virusnya ini berusaha masuk, maka itu akan lebih bagus lagi," tuturnya.
Dia menuturkan dengan vaksin yang diberikan melalui penyuntikan atau di dalam darah, maka antibodi yang terbentuk adalah imunoglobulin G (Ig G), sementara melalui jaringan mukosa diharapkan akan terbentuk antibodi jenis imunoglobulin A.
Pada orang yang lanjut usia, kemampuan untuk membentuk Ig A sudah jauh lebih rendah dibanding orang yang masih lebih muda.
Oleh karena itu, pada dasarnya orang lanjut usia lebih rentan terhadap infeksi virus SARS-CoV-2.
"Kalau digunakan vaksin yang bentuk spray antibodi, maka yang akan muncul adalah antibodi yang bisa menetralkan virusnya," tuturnya.
Tetapi, Wien menuturkan vaksin bentuk spray tersebut sangat sulit dikembangkan karena harus melihat bagaimana bisa menstimulasi respon kekebalan di jaringan mukosa.
"Kita mengantisipasi atau mencari kemungkinan bagaimana memberikan vaksinasi ketika di-spray," tuturnya.
Berita Terkait
Ini rekomendasi jadwal vaksin PCV dari IDAI untuk cegah pneumonia
Minggu, 17 November 2024 23:29 Wib
Sambut Hari Rabies Sedunia, DPKP Kotim siapkan 300 vaksin gratis
Sabtu, 28 September 2024 17:51 Wib
Vaksin mpox MVA-BN masuk prakualifikasi WHO
Sabtu, 14 September 2024 12:43 Wib
Menkes sebut vaksin Mpox masih menyasar kelompok tertentu seperti HIV
Jumat, 30 Agustus 2024 17:35 Wib
Berikut yang perlu diketahui tentang vaksin kanker payudara
Minggu, 11 Agustus 2024 18:52 Wib
Sebanyak 12 ribu ekor hewan di Bartim perlu disuntik vaksin rabies
Kamis, 25 Juli 2024 18:43 Wib
DPRD Palangka Raya ajak para orang tua pastikan anaknya telah dapat vaksin polio
Kamis, 25 Juli 2024 18:32 Wib
Benarkah vaksin HPV picu menopause dini pada anak perempuan?
Senin, 13 Mei 2024 8:47 Wib