Transaksi emas di Sampit lesu akibat ini
Sampit (ANTARA) - Transaksi emas di Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah masih lesu padahal biasanya ramai saat awal bulan atau "tanggal muda" seperti sekarang karena pegawai dan karyawan baru menerima gaji.
"Masih lesu. Selain dampak pandemi COVID-19, mungkin karena isu resesi, padahal biasanya awal bulan seperti sekarang ini ramai," kata H Sani, pemilik toko perhiasan Mitra Baru di Pusat Perbelanjaan Mentaya Sampit, Selasa.
Toko Mitra Baru merupakan salah satu toko emas yang selalu ramai pembeli. Pemilik toko bahkan harus mempekerjakan cukup banyak karyawan untuk melayani konsumen, termasuk di saat pandemi COVID-19 ini dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Sejak wabah COVID-19 mulai merebak pada Maret lalu, transaksi emas mengalami penurunan bahkan hingga 30 persen dibanding kondisi normal. Jumlah warga yang menjual maupun membeli emas menurun dari biasanya.
Setengah bulan terakhir, kondisi semakin lesu dengan penurunan omzet antara 5 hingga 10 persen. Meski begitu, transaksi masih terjadi dengan perbandingan hampir seimbang antara penjualan dan pembelian emas.
Saat ini harga emas 99 atau batangan mencapai Rp930 ribu/gram. Ini lebih rendah dibanding sebelumnya yang sempat mencapai Rp980 ribu/gram. Namun, saat ini harga mulai naik secara perlahan.
Baca juga: Bupati Kotim sebut kepatuhan masyarakat menggunakan masker tinggi
Ketika harga emas tinggi, biasanya memang banyak warga yang menjual emas untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga dibanding saat mereka membeli. Namun tidak sedikit pula warga yang malah membeli emas karena yakin tren harga logam mulia ini akan terus meningkat.
"Fluktuasi harga emas ini memang sering terjadi dalam waktu singkat. Warga yang membeli perhiasan emas di sini ada yang untuk dipakai, tetapi ada juga yang disimpan untuk investasi. Masyarakat sudah paham itu," kata Sani.
Sementara itu Yuni, salah seorang warga mengaku membeli emas untuk investasi. Menurutnya, investasi emas lebih menarik meski terbilang konvensional dibanding jenis investasi lainnya.
"Perhiasan emas ini kan bisa dipakai, tapi kalau saya memang untuk investasi. Saya memilih emas karena menguntungkan. Harganya cenderung terus naik. Kalau kita perlu uang, menjualnya juga mudah dan kita dapat untung," ujar Yuni.
Baca juga: Pasangan Rudini-Samsudin jalani tes swab deteksi COVID-19
Baca juga: Ini rincian rancangan KUPA-PPAS Perubahan 2020 Kotim disampaikan ke DPRD
"Masih lesu. Selain dampak pandemi COVID-19, mungkin karena isu resesi, padahal biasanya awal bulan seperti sekarang ini ramai," kata H Sani, pemilik toko perhiasan Mitra Baru di Pusat Perbelanjaan Mentaya Sampit, Selasa.
Toko Mitra Baru merupakan salah satu toko emas yang selalu ramai pembeli. Pemilik toko bahkan harus mempekerjakan cukup banyak karyawan untuk melayani konsumen, termasuk di saat pandemi COVID-19 ini dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Sejak wabah COVID-19 mulai merebak pada Maret lalu, transaksi emas mengalami penurunan bahkan hingga 30 persen dibanding kondisi normal. Jumlah warga yang menjual maupun membeli emas menurun dari biasanya.
Setengah bulan terakhir, kondisi semakin lesu dengan penurunan omzet antara 5 hingga 10 persen. Meski begitu, transaksi masih terjadi dengan perbandingan hampir seimbang antara penjualan dan pembelian emas.
Saat ini harga emas 99 atau batangan mencapai Rp930 ribu/gram. Ini lebih rendah dibanding sebelumnya yang sempat mencapai Rp980 ribu/gram. Namun, saat ini harga mulai naik secara perlahan.
Baca juga: Bupati Kotim sebut kepatuhan masyarakat menggunakan masker tinggi
Ketika harga emas tinggi, biasanya memang banyak warga yang menjual emas untuk mendapatkan keuntungan dari selisih harga dibanding saat mereka membeli. Namun tidak sedikit pula warga yang malah membeli emas karena yakin tren harga logam mulia ini akan terus meningkat.
"Fluktuasi harga emas ini memang sering terjadi dalam waktu singkat. Warga yang membeli perhiasan emas di sini ada yang untuk dipakai, tetapi ada juga yang disimpan untuk investasi. Masyarakat sudah paham itu," kata Sani.
Sementara itu Yuni, salah seorang warga mengaku membeli emas untuk investasi. Menurutnya, investasi emas lebih menarik meski terbilang konvensional dibanding jenis investasi lainnya.
"Perhiasan emas ini kan bisa dipakai, tapi kalau saya memang untuk investasi. Saya memilih emas karena menguntungkan. Harganya cenderung terus naik. Kalau kita perlu uang, menjualnya juga mudah dan kita dapat untung," ujar Yuni.
Baca juga: Pasangan Rudini-Samsudin jalani tes swab deteksi COVID-19
Baca juga: Ini rincian rancangan KUPA-PPAS Perubahan 2020 Kotim disampaikan ke DPRD