Sebagian kawasan food estate Pulpis-Kapuas belum bisa ditanami

id Food estate kalteng, sebagian lahan food estate belum bisa ditanami, food estate terdampak hujan, tphp kalteng, pulang pisau, kuala kapuas

Sebagian kawasan food estate Pulpis-Kapuas belum bisa ditanami

Kepala Dinas TPHP Kalteng Sunarti. (ANTARA/Muhammad Arif Hidayat)

Palangka Raya (ANTARA) - Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (TPHP) Kalimantan Tengah Sunarti menjelaskan, musim hujan memberikan hambatan dalam pengembangan di areal food estate.

"30 ribu hektare sudah selesai olah lahan sejak Desember 2020 lalu, namun ada sebagian belum bisa untuk menanam karena kondisi airnya dalam atau tinggi, intinya ada luapan air," katanya di Palangka Raya, Selasa.

Meski demikian, Sunarti menegaskan, meski ada yang belum tanam, sebagian ada yang sudah mulai panen. Sebab begitu olah lahan selesai sebagian langsung ditanami.

Wilayah Pulpis ada sekitar 100 hektare yang panen, sedangkan Kapuas awal Februari mendatang, tepatnya Desa Terusan Makmur, Kecamatan Bataguh sekitar 99 hektare padinya juga siap panen.

Adapun dari 30 ribu hektare pengembangan food estate Pulpis-Kapuas, sekitar 95 persen lahannya telah tertanami dan sisanya belum.

"Lima persen yang belum ini bukan karena unsur kesengajaan, namun faktor alam yang kondisi airnya masih dalam, baik di Pulpis dan Kapuas keduanya ada," tambahnya.

Penyedotan air di kawasan yang belum ditanami pun dinilai tidak efektif dilakukan, mengingat kondisi cuaca seperti sekarang. Untuk itu pihaknya masih menunggu perkembangan kondisi di lapangan terlebih dulu.

Kondisi tersebut menjadi evaluasi bagi pihaknya, terkait bagaimana manajemen airnya. Namun menurutnya, Insha Allah sembari melihat perkembangan cuaca kedepan apabila memungkinkan penanaman akan terus dilanjutkan.

"Katakanlah habis tanam itu gak ada hujan lima hari saja, nanti terendam itu gak masalah. Kalau di awal terendam, maka pertumbuhannya akan terganggu," ungkapnya.

Selain musim hujan, hambatan juga ditemui karena adanya angin kencang, sehingga apabila varietas yang tidak kuat maka berpotensi rebah. Namun kebanyakan varietas yang digunakan cukup kuat, seperti Inpari 30 maupun 42, sedangkan sebagiannya seperti varietas hibrida yang dikembangkan sebagai perbenihan.