BKSDA siapkan jerat tangkap buaya penerkam guru di Kotim
"Korban menderita sejumlah luka. Kami juga melihat ke lokasi kejadian. Tadi kami mau memasang alat jerat, tapi sungai sedang surut. Nanti akan kami pasang saat sungai dalam,"
Sampit (ANTARA) - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Tengah menyiapkan alat jerat untuk menangkap buaya yang menerkam seorang guru di Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur.
"Korban menderita sejumlah luka. Kami juga melihat ke lokasi kejadian. Tadi kami mau memasang alat jerat, tapi sungai sedang surut. Nanti akan kami pasang saat sungai dalam," kata Komandan Jaga BKSDA Pos Sampit, Muriansyah di Sampit, Senin.
Serangan buaya terjadi di Desa Sungai Paring Keecamatan Cempaga sekitar pukul 04.00 WIB. Korbannya adalah Yelni (33) yang berprofesi sebagai guru Sekolah Menengah Pertama.
Saat itu korban bermaksud mengambil air wudhu di Sungai Cempaga untuk melaksanakan shalat subuh. Tanpa diduga seekor buaya muncul dari dalam air dan langsung menerkam kaki kirinya.
Korban berusaha melepaskan diri dari terkaman satwa ganas tersebut. Upayanya berhasil dan dia langsung bergegas naik dari pinggir sungai.
Akibat kejadian itu, korban menderita luka di kaki kiri bekas gigitan buaya setelah dua kali menerkam. Korban menyebut buaya dengan panjang sekitar dua meter itu diduga jenis senyulong atau buaya capit.
Muriansyah menilai, kejadian ini menjadi perhatian serius karena biasanya buaya senyulong atau buaya capit yang memiliki nama latin 'tomistoma schlegelii' itu jarang menyerang manusia.
Berdasarkan keterangan warga setempat, sebelumnya memang ada warga yang melihat kemunculan buaya. Namun yang dilihat warga adalah jenis buaya muara yang memang sering menyerang manusia, namun korban melihat buaya yang menerkam kakinya adalah jenis buaya capit.
Baca juga: KNPI Kotim serukan pemuda jadi teladan sukseskan vaksinasi COVID-19
Saat melakukan observasi di lokasi kejadian, Muriansyah melihat ada empat kandang ayam milik warga di sekitar lokasi kejadian. Berdasarkan pengalaman selama ini, buaya menyasar perairan sekitar permukiman untuk mencari makan karena ada ternak warga di pinggir sungai maupun sampah makanan yang sering dibuang ke sungai.
Untuk menghindari kembali terjadinya serangan buaya, BKSDA mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai. Warga diminta tidak beraktivitas di sungai saat hari gelap karena rawan terjadi serangan buaya.
"Tadi memasang spanduk imbauan sekaligus memberi informasi kepada warga terkait hal-hal yang bisa memicu buaya datang ke perairan sekitar permukiman. Kami berharap masyarakat selalu waspada," kata Muriansyah.
Serangan buaya terhadap Yelni merupakan serangan kedua dalam sepekan terakhir. Senin (31/5) malam lalu seorang kakek bernama Isal (70) Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan diserang buaya saat berwudhu untuk melaksanakan shalat Isya. Korban berhasil selamat namun harus mendapat sejumlah jahitan pada paha kiri akibat bekas terkaman buaya muara.
Baca juga: Legislator Kotim minta refocusing APBD tidak korbankan program pokir
"Korban menderita sejumlah luka. Kami juga melihat ke lokasi kejadian. Tadi kami mau memasang alat jerat, tapi sungai sedang surut. Nanti akan kami pasang saat sungai dalam," kata Komandan Jaga BKSDA Pos Sampit, Muriansyah di Sampit, Senin.
Serangan buaya terjadi di Desa Sungai Paring Keecamatan Cempaga sekitar pukul 04.00 WIB. Korbannya adalah Yelni (33) yang berprofesi sebagai guru Sekolah Menengah Pertama.
Saat itu korban bermaksud mengambil air wudhu di Sungai Cempaga untuk melaksanakan shalat subuh. Tanpa diduga seekor buaya muncul dari dalam air dan langsung menerkam kaki kirinya.
Korban berusaha melepaskan diri dari terkaman satwa ganas tersebut. Upayanya berhasil dan dia langsung bergegas naik dari pinggir sungai.
Akibat kejadian itu, korban menderita luka di kaki kiri bekas gigitan buaya setelah dua kali menerkam. Korban menyebut buaya dengan panjang sekitar dua meter itu diduga jenis senyulong atau buaya capit.
Muriansyah menilai, kejadian ini menjadi perhatian serius karena biasanya buaya senyulong atau buaya capit yang memiliki nama latin 'tomistoma schlegelii' itu jarang menyerang manusia.
Berdasarkan keterangan warga setempat, sebelumnya memang ada warga yang melihat kemunculan buaya. Namun yang dilihat warga adalah jenis buaya muara yang memang sering menyerang manusia, namun korban melihat buaya yang menerkam kakinya adalah jenis buaya capit.
Baca juga: KNPI Kotim serukan pemuda jadi teladan sukseskan vaksinasi COVID-19
Saat melakukan observasi di lokasi kejadian, Muriansyah melihat ada empat kandang ayam milik warga di sekitar lokasi kejadian. Berdasarkan pengalaman selama ini, buaya menyasar perairan sekitar permukiman untuk mencari makan karena ada ternak warga di pinggir sungai maupun sampah makanan yang sering dibuang ke sungai.
Untuk menghindari kembali terjadinya serangan buaya, BKSDA mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan saat beraktivitas di sungai. Warga diminta tidak beraktivitas di sungai saat hari gelap karena rawan terjadi serangan buaya.
"Tadi memasang spanduk imbauan sekaligus memberi informasi kepada warga terkait hal-hal yang bisa memicu buaya datang ke perairan sekitar permukiman. Kami berharap masyarakat selalu waspada," kata Muriansyah.
Serangan buaya terhadap Yelni merupakan serangan kedua dalam sepekan terakhir. Senin (31/5) malam lalu seorang kakek bernama Isal (70) Desa Jaya Karet Kecamatan Mentaya Hilir Selatan diserang buaya saat berwudhu untuk melaksanakan shalat Isya. Korban berhasil selamat namun harus mendapat sejumlah jahitan pada paha kiri akibat bekas terkaman buaya muara.
Baca juga: Legislator Kotim minta refocusing APBD tidak korbankan program pokir