"Sekitar satu dari lima hewan peliharaan berpotensi tertular penyakit dari majikan mereka," kata Dr Els Broens dari Universitas Utrecht di Belanda, kendati tidak ada kasus penyakit yang diketahui menyebar dari hewan peliharaan ke manusia.
"Untungnya, hewan-hewan itu tidak sakit parah."
Dalam studi Broen, yang dipaparkan pekan ini di Kongres Mikrobiologi dan Penyakit Menular Eropa, sebanyak 156 anjing dan 154 kucing dari 196 rumah dilakukan tes di rumah, yang tuan rumahnya mengidap COVID-19.
Baca juga: Rusia hadirkan vaksin COVID-19 untuk hewan
Sekitar 17 persen hewan, 31 kucing dan 23 anjing, memiliki antibodi COVID-19, membuktikan bahwa mereka tertular.
Selain itu, enam kucing dan tujuh anjing, atau 42 persen hewan, memilik infeksi aktif seperti yang terbaca oleh tes PCR.
Pengujian berikutnya menunjukkan hewan-hewan tak lama sembuh dan tidak menulari hewan peliharaan lainnya di rumah yang sama, kata Broens.
COVID-19 diperkirakan berasal dari kelelawar dan telah diketahui sejak beberapa bulan pertama pandemi bahwa mamalia bukan manusia dapat terinfeksi, namun sedikit saja yang mengalami sakit parah.
Hanya cerpelai yang diketahui terinfeksi dari manusia dan kemudian menulari penyakit tersebut ke manusia yang lain.
Broens mengatakan kasih sayang dari para pemilik anjing dan kucing sangat berperan dalam tingginya infeksi hewan peliharaan.
"Banyak pemilik hewan peliharaan melakukan kontak erat, seperti tidur bersama dalam satu tempat tidur, jadi anda dapat bayangkan bahwa terjadi kontak erat, sehingga penularan tak terhindarkan," katanya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Rusia daftarkan vaksin COVID-19 pertama untuk hewan
Baca juga: Peneliti temukan kasus penularan COVID-19 dari manusia ke kucing
Baca juga: Delapan singa di kebun binatang positif COVID-19