Palangka Raya (ANTARA) - Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yang melakukan pertemuan di Kota Palangka Raya, membahas sejumlah persoalan hingga sinergi program bersama.
Ketua FKPT Kalsel Aliansyah Mahadi, Selasa, mengatakan, letak daerah yang langsung berbatasan tentu memungkinkan dilaksanakannya kegiatan bersama.
"Salah satunya menggelar sosialisasi di wilayah perbatasan antara kedua daerah, kegiatan bisa mengarah kepada kalangan pemuda, guru agama atau lainnya," katanya.
Dijelaskannya, pihaknya sebenarnya sudah merencanakan sejak 2020 lalu, namun karena belum bisa terealisasi kemudian mereka mencoba bertemu kembali.
"Semoga 2021 ini bisa dilaksanakan di wilayah perbatasan kedua provinsi," harap Aliansyah.
Ia menegaskan, sinergi program antara Kalsel dan Kalteng, tentu sangat penting. Mengingat kedua provinsi berbatasan langsung dengan kondisi masyarakat yang beragam. Sangat penting ditanamkan wawasan tentang bahaya radikalisme, karena gerakan radikalisme bisa mengancam siapa saja.
"Kami menunggu kesiapan dari Kalteng. Kalau bisa disinergikan akhir 2021, maka kami siap melaksanakan," ucapnya.
Di lokasi yang sama, Sekretaris FKPT Kalteng Agus Pramono menuturkan, usulan sinergi kegiatan tentu sangat baik. Pihaknya akan segera menindaklanjutinya setelah hasil pertemuan dilaporkan kepada Ketua FKPT Kalteng.
"Mudah-mudahan kegiatan bersama antara FKPT Kalsel dan Kalteng, bisa direalisasikan akhir 2021," ungkapnya.
Agus menjelaskan, daerah perbatasan yang mungkin bisa direalisasikan kegiatan bersama ada di Anjir Kalimantan Selatan yang berbatasan langsung dengan Kapuas Timur Kalimantan Tengah.
Nantinya diatur sinergi kegiatannya, termasuk sasaran yang ingin dicapai. Pihaknya sangat menyambut baik rencana sinergi program FKPT kedua provinsi.
"Tawaran yang sangat bagus. Nanti kami laporkan kepada pimpinan daerah dan Ketua FKPT. Mudahan bisa direalisasikan," tegas Agus.
Dalam pertemuan yang berlangsung sederhana dan penuh kekeluargaan, FKPT Kalsel dan Kalteng saling bertukar informasi. Hal itu berkaitan dengan potensi gerakan radikalisme yang ada di kedua provinsi. Gerakan radikalisme masih memungkinkan terjadi, meski pada wilayah yang dinyatakan paling aman sekali pun.